Belum baca buku saya ya ?


Kehidupan mengajar bagi saya adalah suatu kehormatan, apalagi ditambah karunia menulis. Lengkap sudah modal untuk mengisi kehidupan ini secara warna-warni. Akibatnya profesi dosenpun dapat menjadi sesuatu yang dibanggakan, tanpa perlu melengkapi diri dengan Rubicon.  😀

Salah satu ciri atau tanda jika proses mengajar / menulis mendapatkan respon yang baik dari murid / pembaca adalah adanya pertanyaan, baik itu secara lesan (mengajar) atau tertulis (dibaca tulisannya). Pertanyaan dapat menjadi menjadi petunjuk apakah materi yang diajarkan mendapat respon atau tidak. Semakin banyak pertanyaan, berarti para murid tertarik untuk mendengarkan bahkan bisa terjadi diskusi tambahan untuk menjelaskan hal-hal lain yang mungkin terlewatkan. Proses pengajaran menjadi hidup.

Dalam praktek, ternyata materi pertanyaan bisa bermacam-macam. Kalau mengajar di suatu seminar di luar UPH, kadang pertanyaannya adalah menguji. Risiko menjawabnya bisa terlihat saya belum tahu, atau bahkan penanya perlu belajar banyak. Seru ini. Tentang soal seperti ini, rasa-rasanya tidak ada masalah. Kata kuncinya adalah menguasai materi yang dipresentasikan sekaligus mengerti betul batasannya. Umumnya untuk soal yang dipresentasikan, materi saya lebih lengkap dari yang menjadi bahan pertanyaan. Maklum saya sudah membaca berulang-ulang materi yang dituliskan, studi literatur banyak jurnal dan pustaka, dan jam terbang sudah tinggi, kelihatannya lancar-lancar saja dan tidak ada masalah yang perlu diceritakan. Intinya, strategi studi literatur yang aku gunakan untuk membuat setiap tulisan atau makalah, rasa-rasanya sudah on-the right-track. Jadi jika Tuhan memberi waktu yang panjang, maka dipastikan akan tercipta karya-karya yang monumental berikut.

Whoa bisa ngejawab semua pertanyaan, ilmu pengetahuannya banyak banget pak ?

Nggak juga dik. Ngejawab sih iya, hanya saja jawaban yang dimaksud belum tentu seperti yang diharapkan. Maksudnya, tidak selalu saya bisa menjawab secara detail. Jadi untuk pertanyaan yang ternyata belum saya pelajari, yang bisa terjadi karena itu di luar wilayah kasus yang dibahas, maka ya sudah bilang saja bahwa materi ini posisinya di sini, berbeda dengan materi yang saya bahas. Atau bisa juga materinya memang seharusnya juga saya bahas, hanya saja data literatur yang tersedia baru sampai tahap tertentu, sehingga masukan dia (pertanyaan) dapat menjadi pertimbangan yang baik untuk riset berikut. Bilang begitu sambil ucapin terima kasih. Biasanya sang penanya akan senang dan closed. Pindah ke pertanyaan orang lain, begitu seterusnya. Jadi kesannya bisa menjawab semua secara memuaskan.

Apakah Bapak senang dengan semua pertanyaan yang diajukan ?

Secara umum demikian, maklum itu adalah respon terhadap hasil kerja kita (mengajar atau menulis). Hanya saja sebagai manusia kadang tidak demikian adanya. Kalau yang di atas itu tentang pertanyaan menguji. Menanggapi pertanyaan seperti itu bagi saya bukan suatu ketakutan lagi, tapi bahkan dapat menjadikan pemicu untuk menunjukkan bahwa saya mempunyai bekal lebih. Ada untungnya juga sekolah terus sampai S3, suatu tahap yang dapat menjadikan suatu perbedaan adalah suatu hal yang istimewa. Dulu sewaktu masih S1, kalau merasa sendiri berbeda agak minder. Semakin tinggi sekolah, terjadi menjadi kebalikannya.

Nah nggak senangnya adalah pertanyaan, yang isinya tentang materi yang sebenarnya sudah diterangkan secara panjang lebar sebelumnya. Adapun pertanyaannya baru datang ketika sesi yang dimaksud sudah jauh. Jadi ketika pada sesi objek itu dibahas, nggak ada pertanyaan yang muncul. Lalu ketika sudah membahas jauh ke depan, baru itu ditanyakan. Kesan yang saya tangkap bahwa anak yang bertanya tersebut sebenarnya tidak tertarik atau tidak mendengarkan materi pengajaran saya. Dia bertanya hanya sekedar iseng. Ini aku kesal banget, dan mestinya murid-murid lain akan melihat mukaku yang kesel ini. Kalau ketemu soal seperti ini, kadang aku bersyukur bagaimana membayangkan ngajar anak TK. Untung ngajarnya ke mahasiswa. Hal ini pula yang menyebabkan akunya tidak ngotot mbimbing skripsi, kalaupun membimbing maka syarat utamanya adalah punya minat atau ketertarikan yang kuat (di bidang yang menjadi minatku) dan proaktif. Aku nggak mau sekedar membimbing, pelarian misalnya. Nah ketemu mahasiswa yang bersemangat seperti itulah maka aku bertambah semangatnya.

Ternyata tidak hanya ketika mengajar, menanggapi pertanyaan dari pembaca blog ini bisa juga seperti itu kejadiannya. Mereka sekedar asal tanya, nggak mau tahu mencoba mencari tahu terlebih dahulu apakah sudah ada materi yang aku tulis sebelumnya. Kalau tentang isi blog ini, aku bisa memahami. Maklum materi tulisannya sudah lebih dari 900. Itupan sebagian berasal dari back-up dari blog lamaku http://wiryanto.wordpress.com atau http://wiryanto.net yang tempo hari ke blokir, sehingga banyak link gambar atau illustrasi tidak tertampil dengan benar. Tetapi mestinya para penanya itu harus juga sudah tahu akan buku-buku karyaku. Hanya sembilan, nggak banyak khan.

Maksudnya apa pak dengan buku-buku Bapak ?

Begini dik, dengan membaca sepintas blog ini mestinya mereka sudah tahu bahwa aku menulis buku teks pelajaran tentang Struktur Baja. Jadi kalaupun mau bertanya tentang hal tersebut, maka diharapkan yang bersangkutan mencari dulu materinya di buku tersebut. Ada atau tidak, kalau ternyata belum ada, baru bertanya.

Kalau ada pertanyaan seperti itu, itu pertanyaan membangun. Aku apresiasi sekali berarti itu pertanyaan akan menambah ilmuku lagi. Biasanya dengan ilmu mencari ilmu yang aku pelajari dari Prof Sahari, maka sesuatu ilmu yang belum aku tahu, akan dapat diperoleh. Ini yang aku maksud dengan pertanyaan membangun.

Tetapi kalau ternyata pertanyaan tersebut sebenarnya sudah ada di buku yang aku tulis, aku jadi kesel. Ini juga menunjukkan orangnya pemalas atau asal berani bertanya. Untuk orang-orang seperti itu, aku tidak tertarik untuk diskusi. Nggak ada yang bisa didiskusikan, yang sudah dituliskan saja tidak tahu, apalagi yang tidak dituliskan.

Nah apa yang aku sampaikan di atas ada betul lho kasusnya. Ngakunya sih dosen, tetapi tindakannya kayak mahasiswa pemalas. Jadi untuk bertanyapun ada baiknya anda menyimak dulu ya. Jangan asal berani bertanya. Ini misalnya :

surat-dosen

Suratnya sih sopan, nggak ada masalah. Hanya saja masalah yang ditanyakan sebenarnya sudah tertulis jelas di buku karya saya yang terakhir. Ini bukunya. Surat itu ditujukan ke saya, mestinya tahu bahwa saya punya keahlian di bidang tersebut. Itu sudah betul. Tetapi selain itu, mestinya yang bersangkutan juga sudah tahu bahwa materi keahlian yang saya miliki itu sudah tertuang lengkap jadi buku .

foto1
Buku teks “Struktur Baja” berbahasa Indonesia yang paling tebal sendiri

Nah logikanya, untuk dosen muda yang akan mengajar materi Struktur Baja, maka harusnya melengkapi diri terlebih dulu dengan buku bagus. Iya khan.

Nah tentang buku Struktur Baja yang bagus, maka ada baiknya ikuti saja testimoni dari pakar-pakar senior berikut. Ini testimoni dari sampul belakang buku di atas. Baca ya.

testimoni

Nah  . . apa aku bilang.

Jadi sebenarnya kalau sudah punya buku saya di atas, maka tentunya pertanyaan di atas dapat terjawab dengan mudah. Tidak percaya ?!

Nih aku tampilkan dua halaman dari hampir seribu halaman dari bukuku yang membahas materi yang ditanyakan.

bab-8_2nd-65

bab-8_2nd-66

Ok cukup. Besok dipelajari dulu ya, baru kalau memang belum dibahas oleh saya, silahkan ditanyakan. Kalau sudah dan ditanyakan lagi, kesannya yang bertanya tidak nyimak.

Gitu dulu ya. Ini karena sebel, jadi bersemangat pagi-pagi menulisnya. 😀

Satu pemikiran pada “Belum baca buku saya ya ?

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s