berkah di tahun 2020


Ini tahun istimewa, bagi aku dan juga keluarga besarku. Bagaimana tidak, menjelang masuk tahun 2020 ini, yaitu akhir tahun 2019, tepatnya hari Senin tanggal 4 November 2019. Ada anugrah bagiku yaitu dikukuhkan menjadi Guru Besar (GB) Teknik Sipil di Universitas Pelita Harapan (UPH).

Acara pengukuhan Guru Besar Teknik Sipil UPH begitu megah, dihadiri banyak tamu undangan. Hadir juga para Guru Besar dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Tercatat ada tiga belas (13) perguruan tinggi, yaitu : UGM, ITB, UI, Universitas Bakrie, UNDIP, UNPAR, UNTAR, UII, Universitas Mercubuana, Universitas Matana, Pradita University, UKRIDA, dan dari UPH sendiri tentunya. Semua profesor yang hadir sebenarnya diundang ikut prosesi ke atas panggung, pakai toga kebesaran. Hanya Prof Rizal Z. Tamin (ITB) yang lebih memilih duduk bersama para hadirin. Jika berkenan, tentu akan ada dua Profesor dari ITB yang duduk di atas panggung, bersama Prof I Wayan Sengara. Bagaimanapun juga kehadiran beliau membuat meriah dan sakral acara pengukuhanku.

Tamu-tamu yang hadir terdiri dari kolega pribadi dan juga kolega kampusku. Para tamu terdiri dari teman dosen (UPH dan juga perguruan tinggi lain yang diundang), Kementrian PUPR, ISSC, HAKI, dan kolega dari unsur konsultan dan kontraktor yang mayoritas berprofesi di bidang konstruksi. Tidak ketinggalan juga diundang teman-teman kelas yang sekarang banyak terhubung di wag alumni. Teman-teman sekolah yang hadir adalah dari SMPN 5 (Yogya); SMAN 1 Teladan (Yogya); S1 Teknik Sipil UGM, S2 Magister Teknik Sipil UI, juga teman sewaktu studi doktoral di Unika Parahyangan, Bandung. Acaranya sangat meriah, dan bagi saya bahkan tidak terbayangkan sebelumnya. 

Gambar 1. Undangan Pengukuhan Guru Besar UPH 2019

Di atas adalah format undangan pengukuhan GB yang aku sebar. Perhatikan ada gambar kolom dan balok struktur baja di latar belakangnya. Kartu undangan khusus untuk guru besar yang mendalami struktur baja. Kartu undangan tersebut oleh panitia disebar sampai P. Kalimantan yaitu kota Pontianak (Ibu Indah Rosanti di Polnep Pontianak), sampai P. Batam (bapak Teddy Tambunan di Unrika Batam), sampai P. Sumatera di Padang (Ibu Dr. Astuti Masdar di STT Payakumbuh). Dari undangan itulah maka para tamu hadir ke kampus UPH di Lippo Karawaci, Tangerang.

Jujur saja, saya belum pernah menulis threat pengukuhan GB ini secara lengkap. Kalaupun ada, hanya sepotong-sepotong. Jika dibandingkan dengan acara saya yang lain, acara pengukuhan GB tanggal 4 November 2019 adalah bersifat mendadak. Tidak terencana dari jauh hari sebelumnya. Sebagai gambaran, awal tahun 2019 saja, saya sudah merencanakan acara besar untuk awal tahun 2020, tahun ini. Itu untuk acara mantu. Jadi bisa dipahami, mengapa acara 4 November 2019 saya sebut sebagai tidak terencana dan bersifat mendadak. Meskipun demikian, puji Tuhan acara yang dianggap tidak terencana dan bersifat mendadak itu ternyata bisa berlangsung sukses. Bahkan kelihatannya akibat kesuksesannya itu berdampak besar bagi kesuksesan acara berikutnya, awal tahun 2020 ini. Ini seperti nash Lukas 16:10 TB “Barang siapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar“. Kesuksesan acara di awal 2020 bahkan saya sebutnya sebagai berkah di tahun 2020. Ini suatu yang sangat istimewa bagiku, apalagi jika melihat dunia yang secara global dalam kondisi prihatin dengan adanya Covid-19.

Kesuksesan acara pengukuhan GB akhir 2019 menjadi faktor penting turunnya berkah di awal tahun 2020 ini. Juga karena acara tersebut lebih bersifat umum daripada acara mantu, yang lebih personal. Maka ada baiknya threat ini akan berfokus pada acara “pengukuhan GB saja”. Jika anda bisa melihat bahwa yang menjadi faktor penting saja begitu megah dan meriah, maka tentu anda bisa membayangkan bagaimana istimewanya berkah yang saya terima di awal tahun 2020 ini.

Acara pengukuhan GB juga lebih berguna untuk publik (dibanding acara mantu), untuk inspirasi para dosen dosen agar lebih berprestasi, agar suatu saat nanti bisa mendapatkan hal yang sama, bahkan lebih baik lagi. Jujur saja, sesaat setelah selesai pengukuhan GB, saya agak sungkan untuk menuliskan di blog ini secara lengkap. Pertama karena nanti dianggap sombong, apalagi saya masih punya acara besar lain di awal tahun 2020 ini. Lebih baik prihatin terlebih dahulu dan berkonsentrasi untuk menyiapkan acara keluarga tersebut. Coba bayangkan, jika acara keluarga tidak sukses, maka tentunya saya akan dianggap egois, hanya mau menyiapkan acara untuk dirinya sendiri (pengukuhan GB ini).

Ketika rencana besar keluarga telah berjalan sukses, maka tentunya reportasi ini menjadi kewajiban untuk dipublikasikan. Ini penting sebagai rasa syukur bagaimana Tuhan begitu baik kepada saya. Juga membantu bagi dosen-dosen muda, bahwa menjadi dosen itu adalah profesi yang membanggakan. Tidak kalah dari profesi-profesi yang lain. Bayangkan, untuk dosen yang telah mendapatkan sertifikat dosen profesional (dari pemerintah), maka selain digaji oleh yayasan perguruan tinggi tempat bekerja, dosennya juga mendapat tunjangan dari negara. Mana ada profesi lain yang mendapatkan hal tersebut. Dosen dan guru di Indonesia itu harusnya bersyukur lho. Saya bersyukur akan hal itu karena ketika melamar menjadi dosen dulu, adanya tunjangan dari pemerintah adalah tidak terbayangkan sama sekali. Mungkin karena terlalu banyak bersyukur itulah maka saya diberi kesempatan oleh Tuhan untuk merasakan jenjang jabatan dosen paling tinggi, yaitu GB.

Untuk mengingat kembali acara istimewa (pengukuhan guru besar) yang menjadi faktor penting dari berkah di tahun 2020 ini, maka saya buka lagi dokumentasi foto yang dimiliki. Itu penting untuk membayangkan seberapa meriah dan megah acara tersebut. Umumnya pengukuhan GB akan menjadi puncak prestasi kehidupan seorang dosen.

Jika pada hari itu, para tamu datang dari pintu Gerbang I Kampus UPH Lippo Karawaci, Tangerang. Biasanya yang datang dengan mobil dan di drop di depan Gedung A, para tamu undangan akan menjumpai sambutan karangan bunga berikut.

Gambar 2. Karangan bunga selamat datang di Gerbang I depan kampus UPH

Jika melihat karangan bunga di atas, tentu akan merasa lega, merasa bahwa tujuannya sudah tepat. Karangan bunga tersebut kiriman dari bapak Dr.-Ing Josia I. Rastandi, yang adalah direktur PT Risen Engineering Consultant, dan sekaligus dosen senior UI. Beliau teman sewaktu kuliah Pascasarjana UI (1994 – 1998), sekarang menjadi teman profesi di dunia konstruksi, baik sebagai praktisi maupun akademisi. Basic ilmu kami berdua sama, yaitu structural engineering. Beliau dengan perusahaannya tersebut dikenal sebagai penguji jembatan secara dinamis, dan banyak membantu Kementrian PUPR untuk menguji hampir sebagian besar jembatan bentang besar di Indonesia.

Jujur, menerima tanggung jawab menjadi salah satu Guru Besar (GB) di negeri ini tentunya tidak mudah. Banyak harapan yang diminta masyarakat terhadap peran tersebut, apa kontribusi yang bisa mereka peroleh dari keberadaan GB tersebut. Jika memikirkan hal tersebut, tentu itu akan menjadi beban tersendiri. Merasa sebagai manusia biasa, yang kadang juga lupa dan tidak tahu, menjadikan tidak semua orang berani menerima tanggung-jawab seperti itu. Hanya saja mengingat bahwa punya banyak teman dan kenalan sejak jaman dulu, yang ternyata sekarang adalah top-top leader di bidangnya. Itu membuat rasa percaya diri meningkat. Rasa percaya diri itu pula yang membuatku bersemangat mengundang mereka untuk hadir atau minimal tahu akan adanya acara pengukuhan Guru Besar ini. Siapa tahu suatu saat nanti butuh bantuannya.

Tentang harapan yang ada, maka rasanya nash alkitab berikut sangat tepat.

Aku mengatakan yang sebenarnya kepadamu, kalau kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, maka kamu dapat berkata kepada gunung ini, ‘Pindahlah dari tempat ini ke sana!’ dan gunung ini akan pindah. Tidak ada yang mustahil bagimu.

Matius 17:20

Ketika datang ke acara pengukuhan GB di Kampus Lippo Karawaci, Tangerang. Jika membawa kendaraan sendiri maka satpam akan mengarahkan lewat Gerbang II agar bisa parkir di dekat Gedung D tempat acara. Maklum lokasi gedung D masih jauh dari pintu Gerbang I yang di depan tadi, masih harus jalan jauh sampai di ujungnya. Jika melewati Gerbang II, para tamu akan merasa lega juga dengan adanya sambutan karangan bunga yang berderet, jumlahnya bahkan lebih banyak. Pada foto berikut terlihat secara mantab karangan bunga dari LUMINA Press, penerbit buku-buku karya cetakku. Bagi yang belum memiliki buku-buku karyaku, bisa dicari di Tokopedia, Bukalapak, atau sumbernya langsung yang lebih murah di http://lumina-press.com.

Gambar 3. Karangan bunga bagi tamu yang melewati Gerbang II

Tempat acara pengukuhan di Gedung D. Untuk itu para tamu yang membawa mobil akan diminta parkir di samping gedung, selanjutnya berjalan kaki dan akan masuk dari arah sebagaimana terlihat pada foto berikut.

Gambar 4. Tampak depan Gedung D tempat pengukuhan GB Teknik Sipil UPH

Nampak sepi ya, karena masih pagi fotonya. Untuk ke Gedung D harus berjalan kaki. Oleh sebab itu, jika ingin langsung ke gedung tanpa berjalan kaki, maka bisa di drop via pintu belakang gedung tersebut. Karena diyakini banyak tamu yang akan didrop via pintu belakang, maka karangan bunga juga ditempatkan di sana untuk menyambut para tamu . Ini penampakan pintu belakang Gedung D, tempat pengukuhan berlangsung.

Gambar 5. Tamu VVIP yang datang via pintu ini

Jadi kalau sudah sampai kampus UPH Karawaci, mestinya sudah tidak bingung dimana tempat pengukuhan GB itu dilaksanakan. Sudah ada tetenger-nya, begitu kata orang jawa. Tetenger yang dimaksud ya karangan bunga dari para kolega tersebut. Skenario penyambutan tamu dengan karangan bunga ini jelas tidak ada dalam perencanaan. Ini sesuatu yang tidak terduga, tetapi menguntungkan khan. Ini pula salah satu faktor yang membuat meriah acara pengukuhan tersebut. Umur fungsinya pendek, hanya hari itu saja, tetapi itu membuat senang para tamu. Adanya threat ini tentu akan membuat umur pakai karangan bunga tersebut akan lebih lama. Threat ini bisa membuat rasa senang lagi sekaligus sekaligus ucapan terima kasih kepada para pengirim karangan bunga. Namanya akan terus diingat selama threat ini bisa dibaca. Hidup akan berbahagia kalau kita banyak menginat hal-hal positip dan menyenangkan, dan tidak banyak penyesalan !

Menjelang acara pengukuhan, tugasku menyambut tamu undangan, yaitu para kolega. Berikut dokumentasi yang aku simpan. Melihat foto-foto berikut menjadi penghibur kita, yang dimasa pandemi ini tidak mudah untuk bertemu langsung. Untung saja, acara pengukuhan GB dilakukan segera saat itu (tahun 2019). Jika mundur, tentu belum tentu dapat dilaksanakan dengan adanya masa pandemi seperti sekarang ini.

Gambar 6. Bapak Davy Sukamta dan direktur utama Davy Sukamta & Partner dan mantan ketua HAKI

Bagi dunia konstruksi (kontraktor dan konsultan) dan para developer di Indonesia, maka tentu mengenal bapak Davy Sukamta, pendiri dan sekaligus direktur utama konsultan rekayasa Davy Sukamta & Partner. Tidak hanya itu saja, beliau beberapa kali terpilih sebagai ketua HAKI (Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia). Saat ini ketua HAKI terpilih adalah bapak Dradjat Hoedajanto (hadir juga di acara pengukuhan GB ini). Pak Dradjat dan pak Davy, mereka berdua ini kelihatannya hanya saling bergantian ketika memimpin HAKI. Asosiasi ini penting, khususnya bagi profesional yang menggeluti ilmu seperti yang saya tekuni sekarang ini, yaitu structural engineering . Ciri-ciri orang yang menggeluti ilmu tersebut biasanya suka membaca jurnal atau publikasi terbitan ASCE, ACI dan AISC. Juga buku-buku saya tentunya.

Mungkin ada yang bertanya apa kaitannya ilmu yang saya miliki dengan HAKI, dan bagaimana dengan asosiasi profesi lain. Jelas, sangat terkait. Sampai hari ini, saya punya keyakinan bahwa jika saya membawakan materi terkait ilmu saya, maka peserta dari HAKI yang paling banyak menyimak. Jika di depan asosiasi lain, diyakini sekali pasti tidak banyak yang tertarik atau bahkan ada yang tertidur. Maklum bidang ilmu yang saya geluti termasuk tidak banyak peminatnya. Katanya bisa bikin pusing. Latar belakang anggota HAKI yang sebagian besar konsultan & akademisi, menyebabkan mereka lebih banyak tertarik materiku. O ya, tamu undangan yang hadir banyak yang berlatar belakang anggota HAKI.

Gambar 7. Teman-teman membawa tas berisi mug cidera mata dan buku pidato siap masuk ruang acara

Selanjutnya mewakili dunia konstruksi dan akademisi, dari kiri ke kanan bapak Sugia Mulyana (PT Rekacipta Kinematika Consulting Engineers), bapak Hadi Pranata (PT. Rematha Daksa Optima), bapak Dr. Widodo Kushartomo (Kaprogdi S1 Teknik Sipil Untar), bapak Hardy Willim (ketua Ikatan Alumni Sipil Untar, IASTAR), dan yang berdiri di belakang adalah bapak Arif Sandjaja dosen Untar.

Jika tadi dari unsur konsultan dan akademisi, maka berikutnya adalah dari unsur pemerintah (Kementrian PUPR) diwakili oleh bapak Arie Setiadi Moerwanto. Beliau pada saat saya dilantik dahulu ketika menjadi anggota K2K, yaitu sekitar Oktober 2018, adalah sebagai Direktur Jenderal Bina Marga. Sekarang sudah berganti jabatan. O ya, selain pernah jadi Dirjen Binamarga, beliau juga pernah menjabat sebagai Ketua Satgas Penanggulangan Bencana Sulawesi Tengah Kementerian PUPR. Jadi beliau adalah pejabat penting di Kementrian PUPR. Kedatangan beliau menjadi sesuatu hal yang penting karena sesaat sebelumnya mendapat kabar bahwa banyak teman-teman PUPR yang rencananya akan hadir, ternyata berhalangan karena ada rapat mendadak perintah dari pak Menteri. Jadi ketika pak Arie Setiadi bisa hadir di acara pengukuhan ini, tentunya hal itu tidak disangka-sangka. Itu berarti ada pejabat Kementrian PUPR yang hadir mewakili di acara pengukuhan GB ini. Puji Tuhan.

Gambar 8. Bersama Pejabat Kementerian PUPR (kiri) dan Pimpinan PT. PP Persero (kanan).

Saya sering bertemu dengan Bapak Arie Setiadi ketika ikut rapat di Kementrian PUPR (sebagai anggota Komite Keselamatan Konstruksi). Adapun bapak Abdul Haris Tatang, pada saat hadir adalah Direktur PT. PP (persero), beliau juga sesama alumni di JTS UGM (Angkatan 83). Baru sering ketemu ketika beliau aktif di Jakarta, ketika menjabat direksi PT. PP (Persero) Pusat. Sebelumnya beliau banyak berada di luar jawa, sehingga hanya sering mendengar beritanya saja (jarang bertemu). Saat ini PT. PP (persero) banyak mengerjakan proyek-proyek infrastruktur pemerintah, dan karena saya anggota K2K banyak mereview proyek-proyek infrastruktur tersebut, maka akhirnya banyak bersinggungan dengan anak buah beliau. Bapak Tatang (kontraktor infrastruktur) tentu mengenal sekali pak Arie (Kementrian PUPR) sebagai pemberi tugas.

Adanya acara pengukuhan ini maka saya pede juga mengundang teman-teman sekolah untuk hadir. Hampir semua teman-teman yang terhubung via WAG saya coba undang. Event ini tentu menjadi ajang menarik untuk reuni, bisa saling ketemu. Oleh sebab itu banyak teman-teman alumni yang bisa hadir, meskipun itu hari kerja dan tempat tinggalnya di luar Jakarta. Berikut alumni UGM (fakultas teknik dan ekonomi).

Gambar 9. Alumni UGM dan separonya juga alumni SMAN 1 Teladan Yogyakarta

Dari kiri ke kanan Ari Sunaryono, Syarif Heri Wibowo, Sutopo, Ami Tantri, Sudarpo, Didik Suharyadi, Ghozali dan Ari Budi Wibowo. Semuanya alumni JTS UGM dan bergerak di bidang teknik sipil (konstruksi), kecuali ibu Ami Tantri yang bidang keahliannya lebih tinggi karena bisa menentukan pekerjaan konstruksi, yaitu bidang keuangan dan bisnis. Jadi bisa dimaklumi jika beliau juga pede diantara para pria.

Gambar 10. Teman alumni SMAN 1 Teladan dan SMPN 5 Yogyakarta berkenan hadir (datang dari Surabaya, Jogja, dan Bandung)

Teman-teman alumni SMAN 1 Teladan Yogyakarta, dan SMPN 5 Yogyakarta dari kiri ke kanan Dinarta R. (Didiet) penggiat acara dan penghubung antar alumni yang berbasis di Yogyakarta, Ari Budi Wibowo (teman main di SMAN1 dan juga di JTS UGM sekarang aktif di salah satu kontraktor BUMN), Ami Tantri teman satu kelas di P2 SMAN 1 yang sekarang malang melintang di banyak kegiatan, Setyadi Pudjantoro (saya menyebutnya Antok, teman bermain sewaktu SD dan SMPN 5, dan kemudian ketemu lagi di FT. UGM), Kuncoro Pujiatmoko (teman sekelas di P2 SMAN 1 dan akhirnya satu jurusan di FT Geologi dengan Antok), Gisik Kusumo (teman di SMAN 1 dan juga JTS UGM), Dr. dr. Agus Yunianto Sp.BS, yang berbasis di RSPAD Jakarta; Handoyo Mawardi, yang berbasis di Yogyakarta; dr. Agus Santoso Budi, Sp.BP-RE (K) yang berbasis di Surabaya (salah satu praktik beliau).

Melihat kedatangan pak Gisik Kusumo, maka saya jadi ingat kenangan saat SMA dulu. Pada masa itu pada pelajaran gambar proyeksi, ternyata tidak semua teman menyukai atau bisa dengan mudah mengerjakannya. Pada saat itu, jika ada tugas menggambar proyeksi maka ada dua orang siswa di kelas itu yang menjadi rujukan (dicontoh ramai-ramai). Ke dua orang tersebut adalah saya dan sdr Gisik. Jadi kami berdua saat itu sudah tahu, bahwa kita berdua ini relatif kuat unsur visualisasi 3D-nya, cocok masuk teknik. Itulah salah satu alasan mengapa kami berdua akhirnya mengambil jurusan teknik sipil UGM dan bisa diterima disana. O ya kemampuan visualisasi 3D sangat membantu sekali memetakan informasi di benak kita. Saya dapat membayangkan dengan mudah visualisasi suatu struktur yang ada, dan memeriksa hanya dengan membayangkan saja. Jadi misalnya ada beberapa gambar tampak dan detail suatu rangka baja. Maka dari data itu saya bisa memeriksa secara virtual (tanpa harus pakai program Tekla) tentang struktur itu dikepala. Itu memang bakat bawaan yang membantu karir pekerjaan kami.

O ya foto pertemuan di atas tentu menjadi kenang-kenangan bahwa kita dulu pernah satu sekolah di SMAN 1 Teladan Yogyakarta. Peristiwa ini juga bagian dari impian sewaktu masih remaja dulu. Semoga teman-teman pada sehat semua.

Gambar 11. Teman SMPN5 kelas 3D dan kelas 3E

Dari kiri ke kanan Probo Sasongko yang kantornya di LIPPO sebelahan dengan kampus UPH, Bambang Edi Seputro Nugroho (ketua kelas 3D) yang berpengalaman mengelola mall dan Bambang Widjonarko, tetangga kelas 3E dan yang ketemu lagi di SMAN 1 Teladan.

Gambar 12. Teman alumni SMPN 5, dan JTS FT-UGM

Dari kiri ke kanan, Bambang Edi Seputro Nugroho, Probo Sasongko, keduanya adalah teman di SMPN 5 Yogyakarta, selanjutnya pak Hari Yuwono, Damardono, Moh Nur Hassan dan Abdul Haris Tatang. Ke-empatnya adalah teman di JTS FT-UGM kampus Pogung. Mas Damardono selain JTS FT-UGM juga teman alumni SMAN 1 Teladan Yogyakarta. Adapun Probo Sasongko dan Hari Yuwono adalah sama-sama teman alumni SMA 3 Padmanaba, di Kotabaru. Jadi wajar sekali ketika bertemu jadi meriah.

Gambar 13. Prof Harianto Hardjasaputra dengan ibu Hariani

Posisi saya sekarang ini tidak bisa lepas dari perkenalan saya dengan Dr.-Ing Harianto Hardjasaputra (sekarang sudah pakai Prof tentunya). Pertama kali mengenal beliau sewaktu bekerja di PT. Wiratman, saat itu saya baru masuk setelah lulus S1, adapun pak Har (saya biasa memanggil) baru pulang dari Jerman dengan gelar Dr.-Ing-nya. Saat itu beliau memegang posisi sebagai manager di bidang struktur di bawah pak Steffie Tumilar, yang beberapa tahun kemudian menulis buku bersama berjudul Strut and Tie Model (dengan istilah yang diterjemahkan ke bahasa Indonesia). Link pertama selain pekerjaan yang diberikan ke saya adalah dihubungkan dengan kampus Untar. Atas rekomendasi beliau maka saya bisa merangkap bekerja di PT. WA dan pengajar atau asisten dosen tidak tetap di Jurusan Teknik Sipil dan Arsitektur FT Universitas Tarumanagara selama beberapa tahun.

Mengajar di Untar pada saat itu tidak bisa dilihat dari honorarium yang diterima, nggak seberapa. Tapi karena hobby dan bisa melihat perpustakaannya maka saya sudah senang. Saya bekerja di PT. WA tidak terlalu lama, dari tahun 1989 – 1994. Waktu itu merasa jenuh, selanjutnya sempat bekerja sebentar di konsultan perencana di daerah Bintaro. Hanya tidak betah karena yang dikerjakan adalah bidang infrastruktur. Pada masa itu ketemu lagi Prof Har dan diminta membantu beliau di kantor PT. Pandawa Swasatya Putra (PT. PSP) dengan honorarium yang sama seperti di PT. WA tetapi dengan kompensasi waktu bisa sekolah lagi di S2 di UI Salemba. Pada waktu sekolah itu, di UI ketemu Prof Har lagi. Maklum beliau salah satu pengajar S2 dan materinya adalah Struktur Beton Lanjut. Beliau mengajarkan tentang Strut and Tie Model. Itu metode baru karena pada saat itu (1995 – 1996) belum dikenal di dunia, apalagi tercantum di ACI seperti sekarang ini. Beliau menguasai S.T.M karena pencipta atau pengembang teorinya adalah Prof Schlaich (Uni Stuttgart) yang adalah profesor pembimbing beliau ketika mengambil program doktor di Jerman dulu.

Omong-omong tentang metode Strut-and-Tie Model (STM), meskipun itu cocoknya untuk pemasangan detail tulangan baja pada struktur beton, yang tentu saja di luar konteks keilmuan struktur baja yang saya tekuni selama ini. Tetapi kelihatannya saya termasuk orang cukup banyak pengalaman dengan itu, baik secara pratis maupun teori. Jadi saat itu (1994-1998) setelah mendapatkan pelajaran STM dari Prof Har di UI. Saya mengimplementasikan untuk mendesain detail penulangan pintu silo beton untuk bahan material clinker untuk pabrik semen di daerah Cibinong. Pada waktu itu PT. PSP membantu PT. L&M pada proyek tersebut. Silonya diameter 60 m dari beton tebal 1/2 m kalau nggak salah. Untuk menahan gaya radial maka dipasang prestressed di sekelilingnya. Nah untuk kepentingan pintu masuk maka prestressed harus dipotong. untuk dibuatkan pintu. Nah detail penulangan di sekitar pintu bagaimana. Nggak ada contohnya, maklum itu struktur yang tidak biasa. Kalau mengingat saat itu, heran juga. Pengalaman belum banyak (baru dari PT. WA) ternyata sudah berani ambil keputusan sendiri. Pada waktu itu saya merasa ilmu dari Prof Har sudah cukup dikuasai. Jadilah saya berinovasi sendiri. Bayangkan itu detail pintu harus mentransfer gaya ratusan ton dari prestressed lho. Untuk lancar. Itu pertama kali pakai ilmu STM. Ke dua, berupa publikasi. Ada publikasi saya ttg STM yang diterbikan ACI tahun 2002. Untuk yang ke tiga itu saya pakai untuk membantu pak Wawan di Gistama Inti Semesta, untuk mendesain balok transfer. Lalu hasilnya saya jadikan paper di EACEF yang pertama. Adapun yang terakhir, ilmu STM saya pakai untuk memprediksi kekuatan tarik angkur menara setinggi 300 m di Surabaya. Bahkan yang terakhir itu berhasil ketika diuji beban sesuai beban kerjanya, yaitu 500 ton. Ini sudah saya presentasikan di Seminar HAKI Jogja tahun ini. Materinya sedang saya tulis ke jurnal int. Semoga tembus. Jika berhasil, maka saya bisa disebut salah satu penerus langsung ilmu tesebut di Indonesia. Meskipun kenalnya secara pribadi baru di lapis duanya, yaitu Prof Harianto dan Prof KH. Reineck. Ok lanjut ya.

Selanjutnya ketika terjadi krisis 1998, kantor PT. PSP terpengaruh krisis juga. Padahal saat itu saya baru lulus S2 dari UI. Karena kantor PT. PSP juga terkena krisi, maka dari prof Har juga yang memberikan informasi tentang adanya posisi lecturer di UPH. Itu tahun 1998. Puji Tuhan, peralihan dari praktisi menjadi guru berlangsung lancar. Adapun surat tugas mengajar selama beberapa tahun di Untar dapat dikonversi menjadi bukti sebagai “dosen senior”, tidak sekedar “praktisi berpengalaman”. Ini suatu keberuntungan yang aku terima dalam karirku. Jadi mulai 1998 aku sudah menjadi dosen di jurusan teknik sipil UPH. Pilihan karir karena kondisi yang memaksa, yang ternyata membawa berkah setelah 22 tahun lamanya .

Tahun 2000 – 2001 di UPH, saat itu Prof Har banyak melakukan kerja sama dengan pemerintah Jerman. Pada kesempatan itu saya mendapat jatah beasiswa untuk melakukan riset dan penelitian di negara bagian Jerman, kalau nggak salah dari Stuttgart. Syaratnya sederhana, harus dapat koneksi profesor di sana. Nah Prof Har juga yang menghubungkan dengan Prof Karl Heinz Reineck. Itulah latar belakangnya mengapa saya bisa menoreh nama di salah satu buku yang diterbitkan ACI di USA. Itu terjadi karena Prof KH Reineck lagi dapat proyek mengimplementasikan metode S.T.M pada ACI code. Jadilah saya dapat getah positipnya.

Prof Har juga menjadi salah satu reviewer naskah ilmiah untuk GB bersama-sama Prof Sofia. Karena sama-sama pernah terhubung di PT. Wiratman maka semua lancar adanya. Benar juga kata orang, sukses itu tergantung dari koneksi. Nah beliau adalah salah satu koneksi utama saya di dunia structural engineering. Karena beliau itu menggeluti bidang struktur beton, maka saya memilih menggeluti bidang lain, yaitu struktur baja, agar bisa saling melengkapi dan tidak bersinggungan.

Gambar 14. Hadir juga Kasubdit Amerika dan Pasifik Ditkersinhan Kolonel Tek Ir. Robertus A. Purwoko, M.Phil., Ph.D. beserta ibu

Kolonel Tek Ir. Robertus A. Purwoko, M.Phil., Ph.D merupakan pejabat Kementrian Pertahanan Republik Indonesia, yang berkantor di Jl. Medan Merdeka Barat No. 13-14 Jakarta Pusat. Beliau adik kelas di SMAN 1 Teladan, meskipun profesinya adalah seorang militer tetapi karena latar belakang pendidikannya adalah insinyur mesin ITB maka kalau ketemu diskusinya bisa nyambung. Sama-sama insinyur, apalagi istri beliau ada hubungan tali-persaudaraan dengan ibu mertua.

Gambar 15. Tamu dari Semarang (Undip) dan Bandung (Unpar)

Dari kiri ke kanan Prof Sri Tudjono (Undip), ibu Dr. Cecilia Lauw Giok Swan (Rektor UNPAR saat saya ambil kuliah S3 di Bandung dahulu) juga Prof Han Ay Lie (Undip). Kedatangan senior-senior di bidang ilmu struktur tentu membuat acara pengukuhan menjadi mantab.

Bertemu dengan ibu Cecilia jadi ingat di jaman kuliah S3 dulu. Saya dan istri pernah ke apartemen beliau, konsultasi tentang permasalahan menjelang Sidang Terbuka, yang karena ada kesalah-pahaman sehingga menjadi tertunda pelaksanaannya. Puji Tuhan, berkat beliaulah maka akhirnya Sidang Terbuka dapat berjalan lancar bahkan sampai bisa dihadiri oleh Uskup Bandung saat itu, Mgr. Johannes Pujasumarta (alm.).

Bertahun-tahun kemudian, akhirnya saya tahu juga penyebab adanya kesalah-pahaman menjelang sidang terbuka dulu (menyebabkan ada pembatalan waktu, meskipun sudah dibuat undangannya). Itu ternyata bermula dari adanya aduan seseorang ke pihak kampus. Ada fakta yang dipelintirkan seolah-olah saya melakukan penyimpangan akademis. Tahu sendiri UNPAR soal seperti itu. Karena adanya aduan tersebut maka para pengelolanya menjadi heboh. Jadi akibat adanya hubungan emosional seperti itu yang menyebabkan pada pengukuhan ini ibu Cecilia berkenan hadir. Terima kasih ibu Cecilia. Tuhan memberkati.

Refleksi : Heran, orang yang mengadu itu ternyata aku kenal dekat, bahkan aku anggap saudara (dianya mengaku masih ada hubungan kekerabatan). Juga ketika sudah lulus doktorpun, pernah ketemu di suatu acara akademisi. Orangnya biasa-biasa saja, tidak merasa melakukan kesalahan, apalagi rasa penyesalan. benar “ada orang yang tega menusuk dari belakang, meskipun sehari-hari mengaku teman atau saudara”. Untuk orang yang seperti itu, jika sudah mengetahui maka langkah yang terbaik adalah menghindari dan jangan sekali-kali berinteraksi. Maklum orangnya pede, pintar omong, cerdas, dan tidak merasa bersalah sama sekali dengan tindakan yang pernah dilakukannya. Adapun yang membuat ia melakukan hal itu, diduga karena iri hati. Ternyata tega juga terhadap teman sendiri. Ada lho orang seperti itu. Saya yang biasanya “gampang curiga”, terkecoh juga. Untung Tuhan masih melindungi. He, he itu sudah terjadi 10 tahun lalu. Kadang mendengar kabar, atau tepatnya cerita orang tentang dia. Kasihan juga mendengarnya.

Ini suatu pelajaran non-teknis yang aku dapat selama studi S3. Strategi saat itu sudah tepat, yaitu jaga emosi dan hilangkan ego. Anggap saja kita ini seperti tanah liat, yang Tuhan sanggup bentuk sebagai apa saja. Itu aku lakukan karena saya tidak merasa melakukan suatu kesalahan apapun. Ini pasti suatu kesalah-pahaman. Tentu saja saat itu saya belum tahu penyebabnya. Jadi yang bisa dilakukan hanya berserah kepada yang diatas: “kehendak-Mu jadilah“. Gelar doktor (saat itu) hanya jalan, jika itu baik bagiku maka tentu Tuhan tidak tinggal diam. Itulah alasannya mengapa saya saat itu berani sekali menghadap rektor. Akhirnya semua dapat berjalan baik, dan banyak orang yang tidak menduga bahwa ada masalah gawat. Saya sebut gawat karena kalau tidak ada penyelesaian, maka sidang terbuka dapat ditunda tanpa batas waktu (gagal sidang). Paragraf tentang kasus ini baru saya tulis saat ini, sebagai pembelajaran bahwa hidup itu tidak selalu 1+1=2. Ada sesuatu yang di luar kehendak kita. Kewajiban kita hanya berbuat yang terbaik, dan waspada tentunya.

Gambar 16. Bersama Dekan FT Usakti (saat itu)

Bapak Dr. Ir. Bambang Endro Yuwono, MS adalah Dekan FTSP Usakti (saat itu). Sekarang ini, beliau adalah sesama kolega dosen, tetapi dengan beliau sebenarnya saya sudah tahu lama. Maklum, beliau dulu adalah asisten mekanika fluida di jaman saya sekolah S1 di Teknik Sipil UGM (kampus Pogung, sebelah utara kampus FT sekarang). Tentu beliau saat itu belum mengenal saya. Baru setelah menjadi dosen, kita mengenal dengan baik. Hanya saja karena bidang peminatan ilmunya adalah manajemen konstruksi, maka saya lebih sering ketemu dengan kakak beliau, yang dikenal di bidang ilmu struktur, yaitu Prof Bambang Suhendro, yang hadir juga di acara ini. Itu berarti adik dan kakak, yang sama-sama lulusan JTS UGM dan yang juga sama-sama aktif di bidang pendidikan, berkenan hadir di acara pengukuhan GB saya. Istimewa khan.

Gambar 17. Prof Rizal Z. Tamin dan ibu Dr. Ir. Melanie Cornelia

Ibu Dr. Melanie Cornelia, dosen senior UPH adalah lulusan T. Kimia ITB. Oleh sebab itu “gatuk” ketika berbincang-bincang dengan Prof Rizal Z. Tamin, guru besar di Kelompok Keahlian Manajemen dan Rekayasa Konstruksi ITB dan sekaligus anggota Komite Keselamatan Konstruksi Kementrian PUPR. Saya sering berbincang prof. Rizal menjelang rapat yang diselenggarakan oleh K2K di Kantor Kementrian PUPR. Itu tentunya tahun lalu, sebelum masa pandemi. Beliau selalu peduli tentang kompetensi keinsinyuran, dan kritis tentang penyelenggaraan peningkatan keahlian yang dilakukan berbagai pihak. Intinya, jika orang punya kompetensi keahlian yang mencukupi, maka tentunya kecelakaan konstruksi dapat berkurang signifikan. SDM menjadi hal penting dalam mencapai tujuan K2K, yaitu zero accident.

Gambar 18. Putri-putri Prof Wiratman bersama Prof Widjojo Adi Prakoso

Membelakangi kamera adalah Prof Widjojo Adi Prakoso, guru besar ilmu geoteknik UI dan ketua HATTI (Himpuan Ahli Teknik Tanah Indonesia), sekaligus anggota K2K Kementrian PUPR. Jika ada kegagalan konstruksi dan bisa dikaitankan dengan tanah, maka beliau selalu hadir memberikan arahan. Saya sering ketemu beliau juga ketika menjelang rapat K2K di kantor Kementrian PUPR di Pattimura, Kebayoran Baru, Jakarta. Adapun yang duduk di depan beliau, adalah ibu Melani D. Wangsadinata (direktur utama Wiratman) dan Prof Sofia W. Alisjahbana (rektor Universitas Bakrie). Benang merah keterkaitan dengan saya, adalah keduanya adalah putri Prof Wiratman Wangsadinata (alm.) yang mana sekitar 31-32 tahun yang lalu, saya memulai karir pertama kali sebagai structural engineer.

Sejak itulah saya menggeluti bidang tersebut, mulai dari perencanaan dan akhirnya bekerja sebagai akademisi. Kebiasaan bahwa structural engineer, yaitu menghitung dan mewujudkannya terus berlanjut sampai hari ini. Meskipun sebagai dosen tidak dituntut untuk menghasil produk rekayasa sebagaimana seperti di kantor konsultan dulu, tetapi kalau sekedar ngajar merasa kurang afdol. Baru setelah menulis atau menghitung, baru tersa sudah bekerja. Itulah mengapa, selain mengajar, saya masih suka menulis, bikin pemrograman komputer. Itu karena diawali dulu sebagai insinyur praktis.

Beberapa kali PT. Wiratman yang dipimpin oleh ibu Melanie mendukung dengan memberikan sponsor pada buku-buku saya. Itu tentunya suatu bantuan yang sangat berharga untuk dapat diwujudkannya buku-buku bermutu. Adapun Prof Sofia adalah pewaris ilmu dari Prof Wiratman (alm) karena sama-sama menggeluti bidang ilmu struktur, sama seperti saya. Itulah makanya beliau juga menjadi salah satu reviewer bagi makalah-makalah ilmiah saya agar dapat diajukan sebagai guru besar. Link jaringan yang ada saling terkait. Itulah salah satu alasan, agar kita ketika berpindah kerja harus meninggalkan kesan positip atau minimal netral, karena suatu saat nanti pasti akan bersinggungan lagi.

Gambar 19. Bersama trah keluarga besar Sri Hardjono dan besan

Dari kiri ke kanan, mas Donni, mbak Dewi, dik Hestun, mas Harry, ibu Thomas, ibu Sri Hardjono, bapak Hardjono, pak Thomas, saya, romo Ismartono SJ, mas Haryono YB, mbak Ety, mas Sonny, mbak Ditha, mas Iksaka Banu, om Reza. Acara pengukuhan juga menjadi ajang reuni keluarga.

Gambar 20. Prof Bambang Suhendro (UGM) dan Dr. Dradjat Hoedajanto (Ketua HAKI)

Tampak asik berbincang Prof Bambang Suhendro dan Dr. Dradjat Hoedajanto, kedua adalah pakar senior di bidang structural engineering yang mewarnai kemajuan dunia konstruksi Indonesia. Adapun di latar belakang, tidak menghadap lensa, terlihat pak Hardizal Bahar sedang bermain HP, dan dibelakangnya lagi nampak Dr. Pio Ranap Tua Naibaho sedang tertawa. Ini kondisi masih pagi sebelum acara, karena sebentar lagi Prof Bambang akan memakai toga (karena tidak membawa, maka pakai toga UPH) untuk maju ikut arak-arakan ke panggung.

Kehadiran Prof Bambang Suhendro dan pak Dr. Dradjat di acara pengukuhan GB ini adalah sangat penting. Bagaimana tidak, keduanya oleh komunitas keilmuan rekayasa struktur di Indonesia dapat dianggap sebagai begawan keilmuan bidang ilmu tersebut. Pak Dr. Dradjat adalah ketua HAKI, asosiasi tempat berkumpul para ahli ilmu struktur di Indonesia. Jika ketuanya hadir, maka jelas bisa dianggap acara pengukuhan saya ini diakui oleh komunitas para ahli tersebut. Adapun Prof Bambang Suhendro adalah profesor paling senior di bidang struktur di JTS UGM. Semua “insinyur struktur” lulusan UGM pasti mengenal beliau. Adapun saya, baru mengenal secara dekat karena beliau aktif di Kementrian PUPR, sama-sama anggota K2K (Komite Keselamatan Konstruksi) Kementrian PUPR (sejak Januari 2018). Adapun waktu masih kuliah dulu (tahun 1983 – 1988) belum ketemu, katanya masih studi lanjut di luar. Hanya saja nama beliau saat itu, sudah kondang. Beritanya, beliau tersebut (prof Bambang) adalah murid kesayangan Prof Achmad Antono. Guru besar di bidang ilmu struktur satu-satunya di UGM ketika saya kuliah dulu. Profesor sipil yang lain kebanyakan adalah di bidang keairan.

Bagi yang pernah ikut kuliahnya Prof Achmad Antono, tentunya insinyur yang sudah senior-senior. Pada jaman itu jelas pendidikannya berbeda dengan jaman SKS seperti sekarang ini, yang jika muridnya banyak yang nggak lulus, maka dosennya dijewer. Pada jaman prof Antono (disebutnya demikian) maka yang ikut kuliah bisa ratusan. Adapun yang lulus bisa dihitung jari. Jadi yang ada di benak saya waktu itu, Prof Antono itu sangat killer. Kertas jawaban ujian harus bersih, tidak bileh di tippex. Perfect begitulah berita yang beredar. Jadi kalau mau lulus maka hal-hal yang tidak disukai Prof Antono, harus diketahui agar dapat dihindari. Jadi dibenak ini, Prof Antono di jaman saya kuliah dulu, bikin kaki keder. Maklum, saya ini saat kuliah dulu nggak sepede sekarang. IP-nya juga dibawah 3.0, pokoknya nggak mimpi kalau sekarang akhirnya juga jadi profesor. Jadi bisa dibayangkan, jika saat itu ternyata mas Bambang Suhendro (belum profesor tentunya) adalah murid yang paling disayangi Prof Antono, maka tentu bisa kebayang pintarnya kayak apa. Jadi jika sekarang beliau menjadi begawan ilmu struktur di Indonesia, maka rasanya sah-sah saja. Ada jejak-jejak yang mendukung.

Mereka berdua, juga dianggap representatif dua perguruan tinggi ternama negeri ini dibidang rekayasa, yaitu UGM (Jogja) dan ITB (Bandung). Jadi lengkap sudah simbol-simbol pengakuan negara, komunitas dan perguruan tinggi terhadap pengukuhan Guru Besar yang aku terima hari itu.

Gambar 21. Para praktisi jembatan

Pak Effendi Johan dan pak Budi Santoso, keduanya praktisi jembatan, dan memimpin masing-masing di PT. Perentjana Djaja Consultancy Services dan PT. Pratama Daya Cipta Madani (PDCM) telah merencanakan banyak jembatan-jembatan bentang besar di Indonesia. Keduanya juga aktif berpartisipasi sebagai sponsor untuk setiap buku-buku yang saya terbitkan. Karena adanya orang-orang yang peduli seperti itulah maka buku-buku karyaku dapat dicetak dengan sangat baik untuk mengisi literatur perbendaraan rekayasa teknik sipil berbahasa Indonesia. Dengan pengukuhan ini, semoga kedepana kerja-samanya akan lebih baik lagi.

Gambar 22. teman-teman dari UGM, UK Maranatha dan Universitas Andalas

Dari kiri ke kanan Dr. Ali Awalludin (Sekjur JTS UGM), Dr. Yosafat Aji Pranata (Dekan FT. UK Maranatha), Dr. Akhmad Aminulloh (Dosen UGM dan pengurus ISSC), Dr. Akhmad Suraji (Dosen FT Univ. Andalas, Ketua PII Cabang Yogyakarta dan anggota K2K Kementrian PUPR). Beliau ini super sibuk, jangan ditanya bisa saja kemarin di Padang, hari ini ketemu di kantor Kementrian PUPR di Jakarta, dan besoknya di Yogyakarta, tempat tinggalnya. Situasi masa pandemi akibat Covid-19 pastilah akan berdampak banyak bagi kesibukan mas Akhmad, yang merupakan adik kelas angkatan di JTS. UGM. Kalau mas Akhmad Aminulloh dan mas Ali adik kelas jauh saya juga di JTS UGM. Kecuali mas Aji Pranata, maka yang lainnya adalah teman-teman di lingkaran UGM. O ya, pak Ali dan pak Aji bisa nyambung karena mereka berdua doktor di bidang ilmu struktur kayu. Saya selain dosen struktur baja juga dosen struktur kayu di UPH, jadi nyambung juga tentunya.

Gambar 23. Bapak Dr. Nor Intang Setyo H. dan ibu Santi Dwi Astuti, mewakili teman dosen dari Unsoed Purwokerto
Gambar 24. Teman-teman alumni FT UGM

Berdiri dari kiri ke kanan, adik kelas di JTS UGM mas Sinung Nugroho yang aktif di industri panel di Jababeka, mas Hendro Susilo yang jadi kontraktor di Bandung; mas Dwi Muryo yang bergerak di biang konsultan Q&S; mas Yuli Sartono ((adik kelas ambil Teknik Elektro UGM dan sekaligus adik kelas di SMAN 1 Teladan yang waktu itu hobbynya sama yaitu elektronic) eh sekarang pas banget kerjaanya sebagai pejabat di Schneider Electric Indonesia; adapun yang paling kanan (berjenggot) adalah kakak kelas di JTS UGM, mas Titus Swastono, yang aktif di Kompas – Gramedia Grup.

Gambar 25. Kiri : Prof Bambang Suryoatmono, Prof Sofia Alisyahbana; kanan Prof Han Ay Lie dan Prof I Wayan Sengara
Gambar 26. Profesor di bidang ilmu struktur

Dari kiri ke kanan, Prof Han Ay Lie, Prof Sri Tudjono, dan Prof Harianto Hardjasaputra. Meskipun ketiga menggeluti bidang struktur dan saya belajar banyak ttg S.TM dengan prof Har, tetapi yang pernah satu panggung dalam acara seminar baru dengan Prof Sri Tudjono, waktu itu diundang di UNNES, Semarang. Baru-baru ini juga ketemu lagi (meskipun via Zoom) dengan beliau terkait pekerjaan perencanaan atap baja bentang besar untuk suatu proyek gedung di daerah Depok. Kebetulan beliau pada sisi perencana dan saya sebagai ekspertise kontraktor. Jadi kelihatannya ilmu saya banyak kesamaannya dengan prof Sri Tudjono yang dikenal sebagai Guru Besar Tekik Sipil Universitas Diponegoro dan sekaligus Ketua HAKI komda Jateng.

Dari Dari kiri ke kanan : Ibu Gunawati Tjioe (Wakil Rektor UPH pada waktu itu), Prof Roesdiman Soegiarso (Untar), Prof. Johana Endang Prawitasari (Ukrida), Prof Sarwono Hardjomuljadi (Universitas Mercubuana), Prof I Wayan Sengara (ITB), Prof Widjojo Adi Prakoso (UI), Prof Sarwidi(UII), Prof Wiryanto Dewobroto (UPH), Prof Bambang Suhendro (UGM), Bapak Jonathan Limbong Parapak (Rektor UPH), Prof Sofia W. Alisjahbana (Universitas Bakrie), Prof Harianto Hardjasaputra (Pradita University), Prof Bunyamin, Prof Ika Bali (Universitas Matana), Prof Sri Tudjono (Undip), Prof Han Ay Lie (Undip), Prof Bambang Suryoatmono (Unpar)

Gambar 28. Anak ragil memberi pengantar dengan memainkan gitar sebelum pidato pengukuhanku

Pada acara pengukuhan ini, aku memang sengaja mengajukan anakku untuk memberikan sedikit apresiasi, sekedar menunjukkan bahwa yang sukses ini bukan bapaknya saja lho, tetapi semua anggota keluargaku. Anak sulungku kalau di atas panggung, pintar menari Bali. Hanya saja untuk acara pengukuhan ini tentu tidak praktis, harus berganti busana. Kasihan. Selain itu dianya juga sudah lulus dokter. Info ini tentunya sudah cukup. Oleh sebab itu yang masih perlu ditampilkan adalah si bungsu, yang masih kuliah di Bandung. Apalagi ketrampilannya bermain gitar tentunya pas untuk acara ini, praktis, tidak perlu berganti busana khusus dan suaranya karena dibantu pengeras suara akan memenuhi ruang pengukuhan GB ini. Itulah latar belakang mengapa foto anakku bermain gitar di acara pengukuhan GB itu ada. O ya, ini ada rekaman via HP dari adikku, tante Shanty Kusumasari, yang bisa menunjukkan bagaimana piawainya anakku bermain gitar.

Video 1. Anakku bungsu bermain gitar di acara pengukuhanku

Bagi sebagian orang tentu menganggap biasa-biasa saja apa yang dikerjakan anakku tersebut, padahal untuk bisa seperti itu maka itu adalah hasil kerja keras anaknya dan didukung keluarga. Saya ingat sekali, anak saya itu ketika SD cukup memprihatinkan. Ibunya sering dipanggil guru ketika ambil raport, dapat nomer tetapi dari urutan belakang. Pada waktu itu kami harus putar otak bagaimana untuk memperbaikinya. Untuk kasus seperti itu (nilai raport) jelek, maka biasanya akan dilakukan les tambahan. Hanya saja kami melihat bahwa anak itu bermasalah karena tidak ada motivasi untuk belajar atau semacamnya. Nggak pede atau ada rasa takut dengan pelajaran.

Untuk kasus seperti itu, belajar juga dari mendidik kakaknya, maka diambilkan kegiatan lain yang seakan-akan tidak ada hubungannya dengan proses belajar mengajar di kelas, yaitu memberikan kegiatan ekstrakurikuler di luar mata pelajaran kelas. Pada waktu itu kami sebagai orang-tuanya tidak tahu, ekstrakurikuler apa. Tahunya saat itu adalah menari, seperti kakaknya. Hanya saja karena cowok berbeda dengan kakaknya yang cewek, maka apa yang sukses bagi kakaknya tentu tidak sepenuhnya bisa ditiru. Waktu itu karena di dekat gereja yang biasa kita hadiri ada kelas musik, maka dicobalah oleh ibunya mendaftar di situ. Satu dua bulan pertama itu adalah kerja keras ibunya. Saya juga pesimis dengan musik, maklum di keluarga kami tidak ada yang berlatar belakang itu. Itu waktu SD dan karena ibunya galak maka anaknya belajar terus. Akhir SMP ternyata ada perkembangan, anakknya sudah punya grup band di sekolah untuk bermain musik, sudah menemukan keasyikan sendiri ketika bermain musik. Saya sebagai ayahnya mendukung dengan membelikan gitar yang dianggap perlu. Ketika SMA ternyata masih menyukai musik, bahkan minta alat-alat musik lagi. Pada waktu itu saya hanya berpesan, ini alat musik papah belikan bukan untuk senang-senang aja lho, ini investasi papa ke kamu. Mumpung papa mampu, beli yang terbaik yang kamu perlukan. Untuk itu gitar listrik yang seharga motor juga aku belikan. Jadi jujur saja, apa yang ditampilkan di atas adalah hasil dari investasi saya dulu. Itu bentuk ujian baginya. Semoga lulus.

Gambar 29. Saat pembacaan pidato pengukuhan

Setelah diawali dengan musik oleh anakku, maka suasana ruang menjadi semakin sjahdu. Ini strateginya persis seperti prosesi ibadat di gereja kristiani. Musik dipakai untuk membawa suasana untuk lebih khusuk. Setelah itu baru masuk pada acara utama, yaitu pembacaan pidato pengukuhanku sebagai Guru Besar di bidang Ilmu Teknik Sipil. Pidato yang aku buat harus merefleksikan kepakaran yang aku miliki, yang tentunya harus berbeda dari pakar yang lain. Nggak seru jika ternyata apa yang aku sampaikan ternyata pernah sama disampaikan juga oleh orang lain. Jadi versinya harus benar-benar bisa menunjukkan siapa itu Wiryanto Dewobroto. Aku menyadari akan hal tersebut, dan tidak ada yang bisa membantu secara langsung. Oleh sebabi tu aku mempersiapkannya secara pribadi sebagai refleksi puncak pemikiranku selama ini.

Gambar 30. Buku pidato pengukuhanku sebagai Guru Besar Teknik Sipil

Saya kira kalau soal tulis menulis, dan juga cetak mencetak, maka aku dan http://lumina-press.com sudah berpengalaman. Gambar di atas adalah foto buku pidato pengukuhan yang pernah aku publikasikan sebelumnya di Facebook pribadiku. Isinya tidak hanya terbatas untuk acara pengukuhan GB saja, tetapi diharapkan masih relevan untuk waktu-waktu berikutnya. Topik yang dipilih sederhana, tetapi prinsip. Itulah alasannya mengapa judul di atas itu yang aku pilih. Judul tersebut hanya cocok dijumpai pada struktur baja, hanya orang-orang baja yang familier. Untuk profesi yang lain tentu dirasa aneh, mengapa disebut batang nol. Ya begitulah kalau orang baja memilih, yang jelas sepengetahuan saya : belum pernah ada orang yang menulis dengan topik di atas. Jika tidak percaya, silahkan saja beli buku tersebut, di LUMINA Press masih ada stock koq. Buku serupa juga aku lihat di Tokopedia dan Bukalapak, tetapi itu hanya makelar buku lho. Tentang buku pidato, maka kualitas yang tetap aku utamakan, tentunya tidak hanya isinya saja, tetapi juga penampilan luar. Monggo jika ingin dibuktikan.

Catatan : harga buku di Tokopedia lebih mahal sampai 250% di banding harga yang tertera di Lumina-Pres .

Gambar 31. Pengalungan slempang Guru Besar oleh Rektor UPH

Setelah sesi pidato maka upacara penyematan selempang GB dilakukan oleh Rektor UPH, Bapak Dr. (Hon) Jonathan L. Parapak, M.Eng.Sc yang dibantu oleh Prof Manlian R. Simanjutak. Beliau adalah guru besar teknik sipil UPH yang termuda. Beliau usianya 10 tahun di bawahku, tetapi telah dikukuhkan menjadi GB kira-kira 10 tahun yang lalu. Terima kasih Prof Manlian, semoga kita berdua dari UPH bisa berkontribusi bagi kemajuan dunia konstruksi di Indonesia. GBU.

Gambar 32. Setelah resmi menerima selempang GB , bersanding bersama rektor UPH

Sejak detik itu (Senin sebelum pk 12.00 siang, tanggal 4 November 2019) meskipun secara SK Menteri telah diputuskan GB sejak 1 Agustus 2019 tetapi baru secara formal dapat dipanggil resmi sebagai Profesor Wiryanto sejak itu. Tidak terasa saat penulisan threat ini, saya sudah satu tahun lebih aku mengemban tugas sebagai Guru Besar di bidang Teknik Sipil di Universitas Pelita Harapan. Pada satu sisi ini menjadi hak saya untuk menerima kebanggaan untuk disebut Profesor, tetapi di sisi lain saya dituntut menjadi garda depan bagi kemajuan ilmu teknik sipil di Indonesia. Sesuatu yang hasilnya hanya bisa dibuktikan dengan waktu. Semoga Tuhan tetap melindungi dan menunjukkan jalan bagiku agar setiap langkah yang aku pilih dan jalankan bisa bermanfaat bagi masyarakat dan tetap memuliakan nama Bapa di surga. Semoga anda semua pembaca dapat membantuku untuk itu.

Di antara para tamu undangan di atas, terlihat bapak Dr. Ir. Djoko Soepriyono, MT, SH, MHum yang hadir bersama ibu. Beliau adalah Ketua Umum DPN INTAKINDO Periode 2014 – 2018. Sebagai ketua asosiasi tenaga ahli konsultan Indonesia maka tentu kehadiran beliau di acara pengukuhan ini sangat membanggakan.

Berikutnya adalah beberapa foto candid, yang ternyata adalah teman-teman dulu di Jogya.

Ada foto candid, yang baju kuning Ami Tantri, yang rumahnya di Jogja dekat dengan rumah istri. Teman satu kelas yang dulu tomboi dan sekarang jadi pejabat / ahli di bidang keuangan dan bisnis. Candid ke dua di sebelah kiri Ami Tantri adalah Kuncoro Pudjiatmoko, yang rumahnya dulu selalu saya lewati kalau ke sekolah. Maklum rumah beliau di pinggir jalan besar, berupa toko, di daerah Jl. Sultan Agung, Pakualaman. Beliau lulusan T. Geologi UGM, satu angkatan dengan Prof Dwikorita mantan rektor UGM dan yang sekarang pimpinan BMKG. Candid ke-3 dibelakang Kuncoro adalah Agus Broto, orang Magelang yang kuliah di JTS UGM. Beliau dulu teman runtang-runtung mengerjakan tugas, cari contoh tugas dan konsultasi ke asdos. Sekarang beliau bekarja di kontraktor di Jawa tengah. Adapun disebelah kanan pak Agus, yang candid-nya terpotong, yang memakai kacamata bulat adalah Probo Sasongko, yang jaman sekolah dulu penduduk daerah Melati Sleman depan makam Dr. Wahidin, teman di SMPN 5. Beliau sekrang aktif di grup Lippo, yang kantornya di daerah Karawaci dekat Kampus. Kemudian candid ke-4 yang memakai baju hijau kembang-kembang adalah Nursuciyono, pejabat PLN. Teman SMAN 1 Jogja, yang meneruskan studi ke teknik sipil ITB. Beliau ini orang Magelang temannya Agus Broto. Nah di belakang Nursuci, terlihat Wisnu Yudi (agak blur) adalah teman alumni teknik sipil UGM. Sejak lulus mereka semua baru baru ketemu di acara pengukuhan, kecuali ibu Tantri sering ketemu karena beliau ini kesibukannya di Jakarta dan selalu ada di setiap pertemuan alumni.

Gambar 35. Para tamu undangan

Nampak para tamu undangan berdoa bersama, semoga acara pengukuhan GB siang itu dapat bermanfaat bagi semua, baik yang hadir maupun yang tidak sempat hadir. Sejak itu era baru bagi saya mengemban tugas sebagai Guru Besar di Indonesia.

Gambar 36. Pidato bapak Dr. (Hon.) Jonathan L. Parapak, M.Eng.Sc., Rektor Universitas Pelita Harapan

Dalam sambutannya selaku Rektor UPH, Bapak Dr. (Hon) Jonathan L. Parapak, M.Eng.Sc., menyatakan bahwa adanya pengukuhan guru besar hari itu adalah bentuk nyata implementasi visi misi UPH. Beliau menjelaskan “Dengan kerja keras dari Prof. Wiryanto dalam mencari keilmuan baru yang bermanfaat, merupakan wujud nyata dalam pengembangan ilmu setinggi mungkin yang dibarengi dengan Iman kepada Kristus, serta karakter yang benar. Itu diperlukan agar bisa berkontribusi pada pembangunan Indonesia”. Pak Rektor juga berpesan agar ilmu yang dikembangkan oleh para guru besar nantinya dapat bermanfaat bagi kepentingan bangsa dan pembangunan infrastruktur Indonesia. Rektor juga berharap agar pengukuhan GB ini dapat memotivasi dosen lain untuk melakukan studi lanjut sehingga mencapai profesor atau guru besar.

Nah adanya threat ini tentu saja dapat melanggengkan pesan Bapak Rektor. Agar acara pengukuhan ini bisa dijadikan inspirasi dan semangat bagi dosen lain agar bersemangat untuk bisa lebih baik lagi.

acara-pengukuhan-dari-depan
Gambar 37. Menerima apresiasi dari ISSC (Bapak Bimakarsa Wijaya)

Pada sesi berikutnya, tidak terduga wakil dari ISSC (Indonesia Society of Steel Construction) yang diwakili pejabat bendahara yaitu Bapak Bimakarsa Wijaya maju untuk menyampaikan apresiasi di depan publik. Ini tentunya meningkatkan kesakralan acara tersebut. Suatu pengakuan komunitas baja pada Guru Besar yang menekuni bidang baja. Pas !

Gambar 38. Persembahan penutup dari Maestro Benny Tanto

Melihat para pimpinan UPH yang berdiri berjajar di depan panggung pengukuhan, dari hati yang paling dalam saya ingin mengucapkan banyak terima kasih atas kepemimpinan UPH selama ini. Tanpa dukungan Bapak dan Ibu sekalian selaku pimpinan, maka diyakini sekali acara pengukuhan pastilah tidak akan terjadi. Dalam mencapai Guru Besar, maka ada hal yang perlu diperhatikan, yaitu kompetensi dosen dan kesempatan. Sehebat-hebatnya dosen, tetapi jika tidak mendapatkan kesempatan, maka GB tidak akan berhasil. Demikian juga sebaliknya, meskipun ada kesempatan, tetapi jika kemampuan tidak mencukupi maka jelas itu hanya impian belaka. UPH dalam hal ini memberikan kesempatan kepada penulis untuk meningkatkan secara maksimal kemampuan di bidang teknik sipil .

Peristiwa sewaktu bekerja di kampus UPH yang berdampak nyata bagi peningkatan karir bisa dijelaskan sebagai berikut:

Awal mulai kegiatan di luar pengajaran adalah diperolehnya kesempatan untuk melakukan riset penelitian di Jerman (2002) dan gaji masih dibayar penuh oleh UPH. Selanjutnya adalah kesempatan untuk studi lanjut di UNPAR (2004 – 2009) dengan beasiswa penuh dari UPH. Selain itu ada suasana baik di kampus yang menyebabkan penulis bisa mengembangkan diri mencapai kompetensi yang disyaratkan. Pada beberapa bulan terakhir, UPH membuat tim task force percepatan GB yang diketuai Prof Manlian. Mereka mengingatkan penulis untuk segera melengkapi persyaratan GB yang diperlukan. Adapun proses administrasi sepenuhnya dibantu UPH. Jadi tanpa itu semua, tanpa ada upaya-upaya mendukung dari UPH maka jelas GB pada November 2019 itu tidak akan ada. Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada UPH yang telah dipakai Tuhan sebagai perantara bagi saya untuk meraih jenjang akademisi tertinggi.

Ini kutipan dari blog pribadi saya, yang selama ini saya jadikan pedoman sederhana dalam bekerja.

Vision.
do not worry about your life, your heavenly Father knows that you need . . . . .
seek first his kingdom and his righteousness, and all these things will be given to you as well.

Mission
You are the light of the world . . .
Let your light shine before men, that they may see your good deeds and praise your Father in heaven.

Matthew 6:33 & Matthew 5:16

Gambar di atas saya jadikan galery, agar setiap teman dapat memilih pose foto yang paling bagus. Jika diperhatikan kelompok pada foto tersebut adalah teman-teman atau kolega yang pernah tinggal di Yogyakarta. Bagaimana tidak dalam kelompok tersebut nampak Dr. Astuti Masdar (jilbab warna hijau), beliau saat ini adalah pimpinan tertinggi di STT Payakumbuh di Padang, Sumatera Barat dan juga Dr. Nor Intang paling kanan, dosen dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsud), Purwokerto. Keduanya bisa santai berkumpul dengan grup tersebut, karena memang keduanya mengambil doktor ilmu teknik sipil dari UGM. Jadi mereka semua bisa disebut teman-teman alumni UGM atau yang pernah tinggal di Yogyakarta.

Keluarga besar RA Kresman, berdiri dari kiri ke kanan, mas Donni, pak Thomas Budi, ibu Thomas, pak Toni Yoko, pak Hari Nugraha Nurjaman, pak Anugrah Purwoko dan ibu, mbak Lia, mas Budi, mas Sutopo Broto Cahyono, mas G. Sujayanto, mbak Sulis, dik Michael, mbak Risma, mbak Dewi, mas Andre, mbak Ninik, mas Harry, mas Irawan, mas Asa. Adapun yang duduk di depan, mulai dari kiri ke kanan adalah om Antonius Sunaryo, bulik Warsih, mami Kresman, istri, saya, tante Sunaryo, mbak Yuli, dan mas Isworo.

Gambar 42. Pak Edi Prayitno, ibu Hariani, ibu Fauziah, ibu Melani Wangsadinata, Prof. Harianto, pak Irawan

Foto di atas tentu suatu kebanggaan bagaiamana pengalaman masa lalu menjadi pondasi kuat untuk berkarir, dan menggeluti bidang ilmu struktur. Semua bermula dari kantor tempat kerja pertama kali setelah lulus, yaitu PT. Wiratman & Associates (1988-1994) yang saat itu masih berkantor di pinggir sungai di daerah Bendungan Hilir Jakarta Pusat. Dari kiri adalah bapak Edi Prayitno, ibu Hariani (istri Prof Harianto ), ibu Fauziah Djalaloeddin, ibu Melani Wangsadinata (direktur utama PT. Wiratman), Prof Dr.-Ing Harianto Hardjasaputra yang saat saya masuk di PT. WA beliau adalah manager dan saya engineer di proyek beliau. Dari beliaulah saya terkoneksi ke perguruan tinggi, mula-mula di Untar dan akhirnya atas rekomendasi beliau saya diterima di UPH (sampai sekarang). Itu berarti beliau adalah mentor karir saya dari sejak muda dulu, dari engineer junior sampai jadi profesor seperti sekarang ini. Di sebelahnya adalah bapak Irawan Wibawa, yang satu tahun lebih dulu di PT. WA dan sekarang menjadi salah satu direktur di PT. Gistama Intisemesta.

Berdiri dari kiri ke kanan, mas Haryono YB, mas Didiet (Suryawardana), mbak Ndani, mbak Wasti, mbak Yosevina, mas Don Murniadi, mas Iwan, mbak Yosi, mbak Ety, romo Ismartono SJ, mas Daniel, mbak Indah, mas Sonny, mbak Dhita, mas Iksaka Banu, mas Raksaka Mahi, mbak Shanty Kusumasari, mbak Esti Chrismawaty, mas Projo Danoedoro, om Resa. Adapun duduk adalah keluarga inti dengan bapak ibu (bapak dan ibu Sri Hardjono yang tinggal di Yogyakarta).

Gambar 44. Wakil ISSC (Indonesian Society of Steel Construction)

Beberapa pengurus ISSC, yaitu perkumpulan orang-orang atau perusahaan yang terkait dengan kemajuan produk konstruksi baja Indonesia yang diresmikan oleh menteri PUPR Oktober 2018. Pada pengurusan ini ditempatkan di bagian riset dan publikasi. Para pengurus yang hadir dari kiri ke kanan adalah bapak Tugur Wibisono, bapak Akhmad Aminulloh, bapak Bimakarsa Wijaya, bapak Sjafei Amri, bapak Rakhidin, bapak Annin Hudaya, bapak Akhmad Abidin, bapak Jamin Ginting, bapak Syarkowi Mansur dan bapak Agus Budhiharto. Semoga melalui pertemanan dengan “orang-orang baja” tersebut yang tentunya selaras dengan peminatan riset dan pemikiran saya, maka kedepannya bisa berkontribusi nyata untuk negeri ini. Semoga.

Gambar 45 Dosen dan staf FaST UPH

Beberapa alumni jurusan teknik sipil UPH datang dan turut merayakan sukacita gurunya. Dari kiri ke kanan Christopher (2002), Arief Wibowo, Fabio, Tri Suryadi (2004), Hendrik Wijaya (2004), Nike (2011), Jerry Atmaja (2003) dan juga sdri Theresia KD dan Marcus, keduanya di JTS UPH ketika masih di SOD.

Gambar 47. Wakil Kementrian PUPR (Bina Marga dan Bina Konstruksi) dan wakil anggota K2K (Komite Keselamatan Konstruksi)

Dari kiri ke kanan bapak Syarkowi Mansur, bapak Hary Laksmanto, bapak Brawijaya, Ph.D., bapak Dr. Putut Marhayudi, keempatnya dari Bina Konstruksi PUPR, bapak Dr Akhmad Suraji (Anggota K2K), bapak Sadaarih Ginting, pak Reiza, bapak Sjofva Rosliansjah, ketiganya dari Bina Marga PUPR.

Gambar 48. dosen UI, dosen UGM, ketua HAKI (Pusat & Komda Jogya) dan dosen Usakti

Dari kiri ke kanan, bapak Dr. Irawan Tani; bapak Dr.-Ing Josia Irwan Rastandi yang merupakan dosen senior UI, direktur P.T. Risen Engineering Consultant dan Principal PT. Rekatama Konstruksindo; bapak Andreas (HAKI); bapak Dr.-Ing Andreas Triwiyono (dosen senior UGM dan Ketua HAKI Komda Yogyakarta); bapak Dr. Dradjat Hoedajanto (Ketua HAKI Pusat); bapak Hadi Rusjanto Tanuwidjaja (dosen Trisakti dan pendiri sekaligus presiden direktur Haerte Widya Konsultan Engineers); ibu Grace (dosen Trisakti); ibu Ratna.

Gambar 49. Bersama pak Dr.-Ing. Josia, pak Julianto dan teman-teman alumni S2 UNTAR

Dari kiri ke kanan, yang merupakan mahasiswa bimbingan S2 di UNTAR, yaitu Usman Wijaya (sekarang telah jadi penulis buku, sudah lulus Doktor dan direktur PT. Deltakoni Engineering Consultant), Rendy Wijaya, Devlin Teddy, Okky Dwisetia, Darwanto, selanjutnya teman dosen dan praktisi konstruksi Dr.-Ing Josia Irwan Rastandi (dosen UI dan direktur Risen Engineering), pak Julianto (fabrikator dan kontraktor baja), bapak Anwar Susanto (direktur PT. Cipta Sukses Engineering Consultant).

Gambar 50 Bersama alumni dan dosen UNTAR

Dari kiri ke kanan, ibu Minawaty Tanujaya, bapak Hardy Willim, bapak Hendra Gunawan, ibu Fanywati Itang R. (dosen UNTAR sekaligus istri pak Hendra) dan bapak Leo S. Tedianto (dosen senior JTS Untar) . Pada masa kepemimpinan ibu Minawaty Tanujaya sebagai Kajur JTS di UPH (sekitar tahun 2006 -2008), saya dibantu untuk pengurusan jenjang jabatan akademik. ke DIKTI (pemerintah). Saat itu saya yang sudah mulai banyak menulis (buku terbit mulai tahun 2002) mendapat perolehan jenjang Lektor Kepala 550 point (aktualnya saya bisa dapat 670), adapun point untuk menjadi GB adalah 850. Jadi pada tahun itu (2007) karena masih sekolah S3 maka secara teori tinggal 180 point menuju GB. Point karena sekolah S3 adalah 50 point. Ketika sudah sekolah S3 selesai (2009) maka dihitung tinggal 130 point mencapai GB. Itu sepuluh tahun sebelum GB aktual tercapai. Dari tahun 2007 ke tahun 2019 ini, atau lebih dari 10 tahun dengan level doktor, maka secara data saya sudah mengumpulkan kum total sebanyak 1600. Banyak banget ya. Waktu itu ketika dilakukan review oleh tiga profesor turun jadi 1400. Lumayan, angka untuk menjadi GB senior adalah 1050. Selanjutnya dari LLDikti atau Kopertis di jaman dulu, dapat dimonitor kum dipotong jadi 1200. Mendengar itu sudah senang, GB senior sudah bisa tentunya. Tunggu punya tunggu, ketika SK pengangkatan GB keluar ternyata hanya diakui 850. Itu berarti selama 10 tahun lebih bekerja dalam bidang keilmuan sehingga terkumpul (1600 – 550) = 1050 hanya bisa dipakai 850-550=300 saja, atau kira-kira hanya 28.5% saja. Sisanya hilang terpotong. Tapi yang seperti orang jawa pada umumnya, untung GB-nya bisa diperoleh. Puji Tuhan ini memang rejeki saya.

Gambar 51. Teman-teman dosen sipil dan arsitektur dan juga dari komunitas ahli pracetak

Dari kiri ke kanan, Dr. Hermawan (Unika SOEGIJAPRANATA),Dr. Pio Ranap Tua Naibaho (Universitas Tama Jagakarsa), ibu Dr. Julia Dewi, ibu Dr. Felia Srinaga dosen arsitek UPH; bapak Dr. Ir. Hari Nugraha Nurjaman (ketua umum IAPPI atau Ikatan Ahli Pracetak dan Prategang Indonesia, juga dosen di Universitas Persada Indonesia), bapak Ir. Gambiro Suprapto (R&D di Wika Beton).

Gambar 52. Teman-teman dari UI dan PNJ dan yang sering ikut KJI DIKTI

Pada foto di atas, tampak dari kiri ke kanan bapak Andi Indianto (PNJ), ibu Tri Widya Swastika (PNJ), ibu Indah Rosanti (Politeknik Negeri Pontianak), bapak Sugeng P. Budio (Universitas Brawijaya), bapak Dr. Yosafat Aji Pranata (Universitas Kristen Maranatha), Bapak Nuzul B. Prihutomo (PNJ), ibu Anis Rosydah, (PNJ) bapak Dr. Fauzri Fahimuddin (PNJ), ibu Amalia (PNJ) , ibu Essy Ariyuni Basoenondo (UI), bapak Agung Budi Broto (PNJ), bapak Ginardy Husada (UK Maranatha, Bandung) dan bapak Dr. Heru Purnomo (UI). Teman-teman ini ketemunya di acara KJI (Kompetisi Jembatan Indonesia) yang diselenggarakan oleh DIKTI. Tahun 2005 -2006 ketika tim mahasiswa UPH ikut pertama kali dan mendapatkan gelar juara. Saat itu masuk sebagai dosen pembimbing mahasiswa, dan tahun-tahun selanjutnya ditarik panitia menjadi juri nasional. Kegiatan terakhir tahun 2019 kemarin. Sebulan setelah pengukuhan GB untuk acara KJI di PNJ.

Gambar 53. pak Dr. Teddy Tambunan dan ibu, dari Unrika Batam, datang khusus dari Batam untuk acara ini.

Tidak lupa juga pada acara ini, hadir pimpinan (BOD = board of director) tempat istri bekerja, yaitu Mr. Chew. Ini tentu suatu kebahagiaan bagi istriku karena boss-nya ikut hadir juga. Ini foto beliau.

Gambar 54. Bersama BOD PT. Sukses Abadi Farmindo

Akhirnya foto bersama keluarga besar dr. RA Kresman (hadir ibu) dan bapak Drs. RML. Sri Hardjono dan ibu. Bapak saya pada suatu era tertentu pernah bekerja di perusahaan susu Sarihusada, sampai menjadi salah satu direksi sampai masa pensiun. Jadi jaman saya SD sampai kuliah di UGM menempati perumahan Sarihusada, lokasinya sekarang di depan SMAN 8 (sma-nya pak Kapolri saat ini). Perumahan tersebut saat ini telah hilang sebagai perluasan pabrik tersebut. Pada masa itu ada kesan, kalau anak-anak di perumahan itu jika sukses, pasti karena orang-tuanya. Untuk itu bisa dibayangkan, garasi rumah dinas yang ditempati orang tua saya, bisa memuat 3 mobil. Lalu di luarnya, masih di halaman rumah bisa diparkir 3 mobil secara seri. Itupun di sampingnya masih ada halaman rumput yang bisa dipakai untuk kejar-kejaran dengan anjing. Gedhe banget. Hanya saja pendidikan orang tua ke anak-anak adalah harus rajin belajar, setiap orang punya rejeki sendiri-sendiri. Apa yang didapat orang tua, belum tentu sianak otomatis mendapatkannya, harus berjuang mencarinya. Peran orang tua adalah mendukung dan membantu dalam mencari jati diri masing-masing. Adanya acara ini tentu sebagai bentuk pencapaian tersebut. Ini membuat bangga mereka. Kadang-kadang kita perlu bekerja keras, bukan untuk kita, tetapi kebahagiaan keluarga juga. Di bawah ada cerita lain lagi tentang keluarga besarku.

Gambar 55. Tiga generasi di keluargaku

Keluargaku, baik dari aku maupun istriku adalah keluarga yang istimewa di Yogyakarta, mereka sukses pada masanya, bahkan bapak mertuaku adalah pensiunan dosen FK UGM dan dalam usia 90 tahun saja masih menjalankan profesinya. Sekarangpun kalau berjalan disamping cucunya, tidak mau digandeng. Masih mau jalan sendiri dan bahkan masih rajin menyemir rambut, tidak lupa memakai gigi palsu. Intinya beliau tidak mau kelihata lemah di depan orang lain. Pada foto ini, beliau tidak hadir. Rencananya akan hadir dan bahkan sudah memegang tiket keberangkatan ke Jakarta, hanya saja menjelang hari H beliau masih sibuk mengurusi kegiatannya, karena terlalu bersemangat akibatnya lupa kekuatan diri. Jadi pada hari H keberangkatan, agak kurang enak badan. Karena usia beliau, dan jangan sampai merepotkan semua maka jadinya hanya ibu mertua yang bisa hadir mewakili. Beliau duduk di sebelah kiri. Adapun bapak dan ibu kandung (kanan) lengkap bisa hadir di acara pengukuhan tersebut. Bapak terlihat agak haru pada foto di atas, adapun ibu tersenyum bangga. Bapak meskipun bekerja sebagai pimpinan di perusahaan swasta, pada masa mudanya aktif menjadi dosen di pts juga. Dengan latar belakang seperti itu kedua orang tua dan mertuaku memahami betul, apa itu GB. Suatu prestasi terhormat yang tidak hanya dapat dicapai dengan kesiapan diri tetapi juga adanya kesempatan. Jika keduanya bertemu, itulah berkah !

Gambar 56. dengan mahasiswa S1 Teknik Sipil UPH
Gambar 57 Berpose lengkap dengan menantu (saat itu calon)

Ada bagian-bagian yang tidak aku lihat sendiri, yaitu saat aku lagi ramai-ramai berfoto ria. Di ruang sebelah para tamu undangan diajak untuk makan siang prasmanan sebentar sebelum meninggalkan ruang. Ini prinsip orang desa, setelah acara makan lalu dipersilahkan pulang. Susunan untuk makan siang sudah di tata rapi. Ini saya dapat foto kondisi ruang jamuan makan.

Teman-teman FaST ternyata telah mengatur acara sehingga suasana bisa meriah. Ini dokumentasinya.

Gambar 59. Kompetensi Prof Manlian di luar bidang keilmuan, yaitu “penyanyi”

Acara makan siang juga digunakan untuk unjuk kepiwaian teman-teman di FaST untuk menunjukkan ketrampilannya berolah suara. Ini tentu tepat sekali karena yang hadir adalah orang-orang istimewa negeri ini, puluhan guru besar, doktor, master, direktur, dan pimpinan asosiasi, perusahaan dan perguruan tinggi.

Gambar 60. Maestro Benny Tanto mengiringi paduan suara FaST berbagi keceriaan
Gambar 61. Lebih dekat lagi dengan grup paduan suara FaST
Gambar 62. Grup keroncong UPH dipimpin pak Rusli

Dengan adanya jamuan makan siang, teman-temanku yang hadir sekaligus bisa reuni satu sama lainnya. Ini teman-teman dari Jurusan Teknik Sipil UGM angkatan 83.

Selain ada yang datang langsung, ada juga yang datang dengan diwakili oleh bunga ucapan selamat atas acara pengukuhan GB. Ini tentu saja juga membuat hati senang para hadirin. Untuk itu perlu diucapkan terima kasih. Ini dokumentasi bunga-bungan di acara tersebut.

Gambar 64. Suasana pagi hari ketika acara pengukukan akan dimulai

Selanjutnya diawal tahun 2020 ini, tepatnya hari Sabtu tanggal 18 Januari 2020, aku diberi kesempatan untuk menyelenggarakan pesta perkawinan bagi putri sulungku. Suatu kehormatan bagiku karena pada kertas undangan dapat tercetak gelar baru di depan namaku. Jumlah undangan resmi sekitar 500 dan pada hari H menurut pihak katering, ada sekitar 1200 – 1300 piring makanan yang terpakai. Puji Tuhan tidak ada info bahwa makanannya habis. Luar biasa, acaranya tidak kalah meriah dibanding acara pengukuhan GB di atas. Acaranya dapat dihadiri oleh kedua orang tua dan mertuaku secara lengkap. Meskipun sudah sepuh-sepuh (ada yang usia kepala 7, 8 dan bahkan yang paling sepuh kepala 9), puji Tuhan semuanya dalam kondisi sehat dan bisa hadir dari Jogja untuk mendampingi acara sampai selesai. Tamu yang diundangpun banyak.

Gambar 66. Suasana saat mantu anak sulungku

Foto-foto acara pernikahan anakku tentunya lebih banyak dari acara pengukuhan GB-ku. Maklum acaranya dilakukan dua kali, pagi hari di Gereja Agustinus , dan sore harinya pesta tradisionil di gedung Puri Ardhya Garini, semuanya di daerah Halim, Jakarta Timur. Saat itu yang dikuatirkan adalah terjadinya hujan besar dan banjir, tetapi puji Tuhan pada hari H acaranya berlangsung lancar, mendung tetapi tidak hujan. Sukses dan ini menjadi berkah saya di tahun 2020, sebelum masa pandemi dimulai satu bulan berikutnya.

Jadi acara pengukuhan GB dan acara mantu menjadi dua acara besar di keluargaku. Itu terjadi menjelang dan di awal tahun 2020 ini. Keduanya adalah momentum bersejarah yang akan menjadi kebanggaan anak-cucuku nanti. Dua acara yang dapat menggambarkan bahwa kehidupan karir (cita-cita) dan keluarga (cinta) berjalan sesuai doa orang-orang tua dulu.   Bagi awam, kesuksesan acara dapat dilihat dari jumlah hadirin dan respon dari undangan yang dikirim. Megah dan luar biasa, apalagi jika dilihat dari kaca mata di masa pandemi seperti sekarang ini, yang jumlah hadirin sangat dibatasi. Satu bulan setelah acara mantu, suasana pandemi mulai terasa. Jadi terlaksananya acara mantu sebelum masa pandemi adalah anugrah bagiku dan keluarga besarku.

Dari dua peristiwa di atas, yang benar-benar bisa dianggap terencana adalah acara mantu. Maklum setahun sebelumnya harus sudah ditentukan tanggal agar bisa memesan gedung sesuai harapan. Pilihan gedung ternyata tidak sederhana, maklum banyak saudara dari luar kota. Jadi harus ada tempat penginapan yang dekat dan cukup familier. Tentu dalam pemilihannya perlu waktu dan pemikiran yang ribet. Jika tidak beruntung, bisa bikin stress. Puji Tuhan, anak dan calon mantu sangat bersemangat, keluarga besan juga mendukung maka prosesnya berlangsung lancar dan penuh suka cita. Kondisi ini pula yang membantuku membuat keputusan tepat ketika diminta menetapkan acara pengukuhan GB yang tiba-tiba datang.

Info adanya acara pengukuhan GB baru aku terima sekitar bulan Agustus 2019. Itupun baru berupa Dikti meloloskan GB-ku. Selanjutnya perlu dipersiapkan upacara dan pidato pengukuhan GB. Ini penting karena sifatnya juga seperti acara mantu, adalah untuk sosialisasi kepada masyarakat.

Keputusan akan adanya acara pengukuhan GB dan bagaimana detailnya, adalah sangat penting saat itu. Jika kondisi mentalku masih seperti sepuluh tahun lalu, maka jika dihadapkan dengan adanya rencana acara besar mendadak sedangkan di sisi lain telah ada acara besar yang sedang berjalan (belum selesai) maka tentunya tidak akan berani mengambil keduanya. pastilah akan diambil satu dulu, yaitu fokus pada acara yang telah terencana sebelumnya. Jika ini dilakukan, maka tentu acara dengan banyak dokumentasi di atas, tidak akan terjadi. Maklum, tidak akan banyak undangan yang disebar sebagai konsekuensinya.

Untung saja, keputusan pengukuhan GB ini aku terima ketika kondisi mentalku telah berubah banyak dibanding masa mudaku dulu. Adanya permintaan untuk diadakan acara pengukuhan, aku tanggapi dengan penuh semangat. Bahkan ketika telah melihat dana bantuan yang disediakan terbatas, langsung ambil keputusan bahwa bagian komsumsi akan menjadi tanggung-jawabku pribadi.

Keputusan itu pula yang membuatku berani mengundang banyak teman sesuai kapasitas ruang. Ternyata untuk acara seperti itu, tidak hanya sekedar semangat, tetapi perlu dukungan nyata, baik moril maupun material. Untuk tenaga, tidak ada permasalahan. Teman-teman di kampus sangat antusias membantu. Maklum pengukuhan GB terakhir di UPH sebelum aku adalah sudah lebih dari 10 tahun yang lalu. Jadi acara pengukuhan GB ini juga istimewa bagi kampusku. Untuk mendukung keistimewaan tersebut, maka aku mengusahakan memberikan cidera mata bagi tamu yang hadir, berupa mug bergambar dan buku pidatoku juga tercetak mewah. Jika anda ingin membuktikan pidato GB yang dicetak mewah, silahkan masih ada stock di http://lumina-press.com. Saya sangat yakin sekali, tidak banyak GB yang membuat cedera mata seperti yang aku buat. Itu semua pasti akan menjadi kenang-kenangan istimewa bagi setiap tamu undangan yang hadir. Ini mug-nya.

Gambar 67. Mug kenang-kenangan menghadiri pengukuhan GB di UPH (Senin 4 November 2019)

Kondisi mental saat mengambil keputusan tentang acara pengukuhan GB saat itu, patut disyukuri, bahwa keputusan yang aku ambil benar adanya. Bisa dibayangkan, pada waktu itu acara besar untuk anakku telah terjadwal, juga kesiapan dananya. Adapun acara pengukuhan GB ini relatif mendadak, atau tidak terencana jauh sebelumnya. Ini tentu akan memakan dana juga. Bagi pengusaha, tentu tidak jadi masalah, tetapi bagi seorang dosen yang full hidup di kampus seperti aku ini, tentu akan menjadi bahan pemikiran, yang kalau salah bisa membuat stress. Tetapi aneh saja, saat itu tidak ada yang membuatku takut. Saat itu yang ada hanya rasa penuh suka-cita karena akan menerima tanggung jawab lebih besar dengan ilmu yang dimilikinya. Apalagi melihat semangat teman-teman di kampus yang mau membantu mensukseskan acara pengukuhan GB. Itu pula yang membuat aku percaya diri untuk mengundang teman dan kolega yang kukenal, dan tidak takut kurang karena bagian penting, yaitu konsumsi adalah tanggung-jawabku.

Terkait dengan masalah yang aku hadapi, aku bersyukur sekali, dari kegiatanku menulis ternyata membentuk jaringan atau network yang sangat efektif untuk membantu mensukseskan acara tersebut. Aku membayangkan, jika aku tidak punya kegiatan menulis maka dipastikan acara di atas tidak akan berlangsung seperti itu. Jika ternyata kedua acara tersebut dapat berjalan lancar dan tidak kurang suatu apapun, maka itu suatu anugrah. Maklum tidak semuanya adalah akibat rencana yang aku pikirkan. Ada banyak kebetulan-kebetulan yang menguntungkan. Benar juga ada yang mengatakan bahwa “wong bejo ngalahke wong pinter karo wong sugih“.

Sampai di sini saya merenung, bahwa sebenarnya ada banyak hal yang ternyata berjalan di luar pemikiran kita. Untuk itu yang paling penting adalah punya harapan dan keyakinan bahwa hasilnya akan sesuai dengan rencana. Faktanya, bisa ya, dan bisa tidak. Ada sesuatu di luar kita, yang kita sendiri tidak bisa pahami. Ke dua acara saya juga demikian adanya, khususnya yang pengukuhan itu. Itu jelas di luar rencana sama sekali, karena prosesnya hanya mengalir saja. Contoh lain lagi adalah adanya masa pandemi ini. Bayangkan, siapa sih di dunia ini yang telah memprediksi secara tepat dan telah mempersiapkan diri dengan adanya Covid-19. Juga mengapa acara mantu dipilihnya di pertengahan Januari 2020 dan bukan di bulan yang lain. Pemilihan ini jelas suatu kebetulan, apalagi setelah bulan itu yang namanya acara yang melibatkan orang banyak, tentunya akan sangat dihindari. Inilah mengapa judul threat ini adalah berkah di tahun 2020. Itu hanya berlaku bagiku saja dan sedikit orang lain. Karena sebenarnya di tahun 2020 ini banyak musibah terjadi. Untuk itu kita sebagai manusia hanya bisa berusaha, apapun yang terjadi harus disyukuri. Tulisan ini juga merupakan suatu bentuk syukur, khususnya bagi teman-teman yang tempo hari hadir di acara pengukuhan GB, agar sedikit bisa mengingat kembali, ternyata kita pernah bertemu beramai-ramai sebelum masa pandemi di mulai. Tahun 2020 akan diingat banyak orang sebagai tahun bencana, ternyata bagiku menjadi berkah juga.

Manusia hanya bisa berusaha, berharap dan berdoa. Hasil akhir hanya Tuhan yang tahu. Semoga damai dan sejahtera bersama kita semua. Berkah Dalem !

<< up-dated 1 Januari 2021 >>

Selamat Tahun Baru 2021 semoga sehat dan berkarya nyata di tahun ini. GBU

Pada threat di atas tidak terlihat Prof Sahari Besar, promotor doktor saya dulu di UNPAR. Pada hari H beliau tidak bisa datang, memang jauh hari sebelumnya sudah pamit untuk itu, yang penting doa restunya tetap diberikan ke aku, agar bisa mengemban posisi GB seperti halnya beliau selama ini.

Baru setelah acara pengukuhan selesai, ketika ada waktu maka aku dan keluargaku sowan ke beliau. Untuk silaturahmi dan sekedar menyampaikan kenang-kenangan pengukuhan berupa mug dan buku pidato pengukuhan. Hormat dan restu dari orang tua dan guru adalah sesuatu yang penting bagi kesuksesan kita kedepan. Ini sedikit dokumentasi dengan beliau, selaku profesor yang menjadi gurunya profesor. Saat ini beliau adalah profesor paling senior di Indonesia di bidang struktur yang masih ada.

Gambar 68. Prof Sahari dan ibu di rumahnya di Kanayakan Dago, Bandung

Akhir bulan Desember 2020 ini beliau baru saja merayakan ulang-tahun yang ke-88. Semoga Prof Sahari dan ibu diberikan panjang umur dan sehat selalu. GBU

Link terkait :

2 pemikiran pada “berkah di tahun 2020

  1. M.Thoriq Tosin Ir. MT

    Sekali lagi Selamat Buat Prof Wiryanto baik dalam acara pengukuhan GB dan Acara Pernikahan ananda tercinta.
    Ada yg menggelitik di pikiran saya. Saat pengukuhan GB , tidak terlihat Bapak Prof Sahari Besari yang kalau tidak salah adalah Pembimbing Bapak saat S3 dahulu.

    Sebagai info, saya adalah alumni S1 Unpar T. Sipil, S2 ITB, dan saat pertama bekerja sebagai Fresh Eng , bekerja di kantor Konsultan Pak Sahari di Bandung dan kebetulan putra beliau satu alumni S1 dengan saya.

    Terima kasih atas atensi Pak Prof sebelumnya.

    Suka

    1. Ya betul Prof Sahari Besari berhalangan hadir di acara pengukuhan GB, maklum usia beliau saat itu menjelang 87. Saat itu agak kurang sehat, meskipun demikian beliau telah memberikan doa restu untuk pengukuhan GB tersebut. Bagaimanapun juga adanya kepercayaan diri mengemban tugas sebagai Guru Besar di bidang teknik sipil di Indonesia ini juga berkat adanya bimbingan dari beliau selama ini.

      Untuk itu, sudah saya up-dated threat di atas dengan foto kunjungan saya bersama keluarga ke rumah beliau setelah jadi Profesor.

      Terima kasih atas atensinya.

      Suka

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s