Gambar 3D lebih mudah dipahami dibanding gambar 2D, khususnya bagi awam. Jika bagi awam saja demikian, tentunya jika gambar 3D diterapkan bagi para engineer pasti akan sangat membantu.
Kenapa selama ini memakai gambar 2D. Jelas karena lebih mudah, khususnya jika dikerjakan secara manual. Jadi dasar pemikirannya adalah cara penggambaran manual. Meskipun dalam pelaksanaannya sudah memakai program komputer AutoCAD.
Seperti pendapat umum: bisa karena biasa. Karena terbiasa memakai gambar 2D (adanya itu sih) maka engineer tidak mempunyai permasalahan mewujudkan karya-karyanya berdasarkan gambar tersebut.
O ya, ada keunggulan dari gambar 2D, yaitu paling mudah jika digabung dengan pen-dimensian, penempatan ukuran. Kalau gambar 3D jadi sangat rumit (ruwet) hasilnya. Itulah keunggulannya. Benar nggak sih ?
Intinya jika mau gambar 3D maka gambar 2D tetap diperlukan, atau gambar 3D menjadi pelengkap. Gambar 3D tidak menggantikan gambar 2D dibidang engineering.
Karena gambar 3D mudah dipahami oleh awam maka fokus penggunaan gambar 3D selama ini adalah untuk presentasi ke-client (engineer-to-client /awam) dan belum engineer-to-engineer, misalnya.


Bagus ya ? Saya kurang tahu pakai apa itu membuatnya. Paling ya Autodesk 3ds Max, itu yang paling populer. Adikku lulusan ISI yogya, wah paling pintar itu. Kayaknya kalau mau bikin buku, nggak kalah lho dengan buku-buku yang sudah beredar. Sayangnya, tulis-menulisnya masih perlu belajar. 😦
Ok, lah, rasanya gambar seperti itu cocoknya adalah untuk para arsitek atau juga interior desain. Untuk structural engineer nggak terlalu penting (yang tampak khan finishing-nya aja).
Kalau begitu 3D tidak penting bagi structural engineer ?
Dalam perkembangan lebih lanjut, ternyata program komputer 3D dapat di link ke program FEA. Jadi sekarang pemasukan data ke program via gambar 3D. Wah kalau demikian jadi menarik nih.
Berdasarkan pemahaman seperti itu, terpaksalah aku mencoba mempelajari program-program aplikasi penggambaran 3D, misalnya Autodesk 3ds Max, Solid Edge, Autodesk Revit Structure 2, Rhinoceros, Archicad dan SolidWorks.
Menurut pendapatku, program SolidWorks paling gampang, mempunyai menu yang mirip-mirip Abaqus. Aku bilang gampang, karena kalau pakai AutoCAD belum bisa, padahal tahu sendiri AutoCAD 2D ku lumayan lho. Semua gambar-gambar teknik di buku-bukuku adalah gambarku sendiri pakai AutoCAD. Kalau soal itu aku belum pernah melihat buku teknik sipil yang seperti itu. Pengarangnya juga sekaligus drafter-nya, dan aku bangga koq disebut sebagai drafter, yang punya gelar Ph.D pun belum tentu mampu jadi drafter. Jadi kalau lowongan engineer penuh, lowongan dosen penuh, lowongan penulis juga penuh, aku masih sanggup sih jadi drafter.
Pokoknya untuk perut , apa sajalah, yang penting halal. Oh ya, aku belum pernah cerita tentang hobby-ku fotography digital ya.
@murid : Eh stop pak Wir, ini khan cerita 3D bukan fotography.
Ok, ok, ok, sorry, kita kembali ke lap … work, eh SolidWorks.
Soal SolidWorks , kayaknya aku mau serius mendalaminya. Siapa tahu bisa diajarkan di UPH.
Contoh gambar 3D dari baut memakai SolidWorks yang telah aku coba kurang dari satu jam dengan program tersebut.
![]()


Jadi kesimpulannya ?
Perlukah gambar 3D di ajarkan ke anak didik, mahasiswa S1 teknik sipil ?.
Siapa tahu teknik sipil UPH jadi pioner soal itu. “3D drawing for civil engineering“







Tinggalkan komentar